REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengadakan pertemuan darurat dengan kepala keamanannya pada Selasa (4/11). Mereka membahas cara-cara baru mengatasi tantangan dari separatis di Ukraina timur, setelah pemberontak menggelar pemilihan pemimpin.
Dalam sebuah pernyataan Poroshenko mengecam pemilihan sebagai sebuah 'lelucon'. Ia juga mengulangi pernyataannya, bahwa pemilu melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya dicapai di Minsk.
Poroshenko mengatakan, ia akan membatalkan tawarannya untuk memberi stastus khusus untuk daerah-daerah yang dikuasai pemberontak. "Ini akan menjadi salah satu poin yang akan dibahas pada Selasa dalam pertemuam dengan dewan keamanan dan pertahanan Ukraina," katanya.
Kiev mengatakan, perjanjian Minsk sebelumnya mengizinkan wilayah yang dikuasai pemberontak untuk menggelar pemilu. Tapi dengan ketentuan penyelenggaranan di bawah hukum Ukraina, dan bukan untuk memilih pemimpin dan memisahkan diri dari Ukraina.
Kini Kiev dan Barat tengah menunggu pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin, apakah akan secara resmi mengakui keabsahan pemilu separatis. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Grigory Karasin, tak menyebut pengakuan formal tapi mengatakan kepemimpinan baru di Ukraina timur memiliki mandat untuk bernegosiasi dengan Kiev.
Namun hingga sekarang para pemimpin Kiev menolak mengadakan pembicaraan langsung dengan kelompok separatis. Mereka menyebut separatis sebagai teroris dan bandit.