Selasa 18 Nov 2014 17:37 WIB

Kolombia Gelar Operasi Pencarian Jenderal yang Diculik FARC

Rep: C84/ Red: Yudha Manggala P Putra
Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC
Foto: deadliestfiction.wikia.com
Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Pemerintah Kolombia akan melakukan operas pencarian besar-besaran untuk menemukan seorang jenderal yang diculik oleh Gerilyawan Tentara Revolusioner Kolombia (FARC) pada Ahad (16/11).

Seperti diberitakan BBC News, penculikan ini merupakan yang pertama sejak dimulainya konflik antara pemerintah dengan kelompok FARC 50 tahun lalu. Atas insiden ini, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos telah membekukan perundingan kedua pihak yang telah berlangsung di Havana, Kuba, selama 2 tahun terakhir.

Santos mengirim Menteri Pertahanannya Juan Carlos Pinzon untuk memimpin operasi pencarian Brigjen Ruben Dario Alzate Mora. Santos meminta kepada para penculik untuk segera membebaskan Alzate dalam keadaan selamat dan sehat.

Sejatinya, lanjut Santos, kedua belah pihak dijadwalkan akan bertolak ke Havana untuk melanjutkan pembicaraan perdamaian pada Ahad (15/11). "Saya akan memerintahkan mereka untuk tidak pergi, dan perundingan akan dibekukan sampai yang diculik dibebaskan," ujar Santos, seperti dikutip Reuters.

Menurut laporan tentara Kolombia, penculikan ini berawal saat Brigjen Alzate berpergian dengan perahu di sepanjang sungai Atrato di Provinsi Choco di utara Colombia. Ia berhenti di desa bernama Las Mercedes, sekitar 15 km dari ibukota Provinsi Quibdo untuk berbicara dengan masyarakat setempat Brigjen Alzate diculik bersama 2 orang lainnya yaitu pengacara Gloria Urrego dan Kapten Jorge Rodriguez Contreras.

Seorang Juru Bicara Perwakilan Farc di Havana menolak memberikan komentar tentang insiden penculikan ini dan masih ingin menyelidiki lebih lanjut tentang penculikan tersebut. Lewat akun Twitter-nya, Presiden Santos menuntut penjelasan Menhan Juan Carlos Pinzon tentang insiden tersebut. Ia mempertanyakan mengapa Brigjen Alzate berada di wilayah Farc dengan pakaian sipil.

Dalam perundingan yang digelar di Havana, kedua pihak memang belum pernah mengumumkan gencatan senjata, namun dua tahun lalu FARC menyatakan akan menghentikan aksi penculikan mereka untuk menunjukan niat baik mereka menjelang perundingan perdamaian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement