Rabu 03 Dec 2014 13:44 WIB

PBNU: Soal Hamas, Khawatirnya Ada Dualisme dan Kecemburuan

Rep: cr02/ Red: Agung Sasongko
 Ketua DPR Setya Novanto (kedua kanan) berjabat tangan dengan Kepala Biro Politik Hamas Abu Umar Muhammad (kedua kiri) bersama sejumlah delegasi Hamas - Palestina saat pertemuan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (28/11).  (Antara/Yudhi Mahatma)
Ketua DPR Setya Novanto (kedua kanan) berjabat tangan dengan Kepala Biro Politik Hamas Abu Umar Muhammad (kedua kiri) bersama sejumlah delegasi Hamas - Palestina saat pertemuan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (28/11). (Antara/Yudhi Mahatma)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan Kantor Hamas di Indonesia menuai banyak pro-kontra. Nahdlatul Ulama menilai sebaiknya perwakilan dari Hamas harus dapat bijaksana.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf menilai akan terjadi dualisme bila kantor Hamas ada di Indonesia. Memang, menurutnya Palestina telah mendukung kemerdekaan Indonesia sejak dulu dan harus ada timbal balik dari hal tersebut.

Namun, ia mengatakan bahwa yang harus kita dukung negara Palestina bukan faksinya.  "Kita harus berpikir lebih detail, mana kepentingan negara dan mana kepentingan suatu pihak," ujar Kiai Slamet kepada ROL, Rabu (3/12).

Kiai Slamet menjelaskan bahwa di Palestina terdapat dua faksi, yakni Fatah dan Hamas. Keduanya merupakan gerakan pejuang Palestina. "Agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial, kita juga harus bersikap tegas dan berpikir dengan bijak," kata Kiai Slamet.

Kiai Slamet berharap agar kasus penolakan terhadap pembangunan kantor Hamas di Indonesia dapat diterima dengan baik oleh semua pihak. Pasalnya, agar tidak memperkeruh keadaan di Palestina maupun Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement