Kamis 08 Jan 2015 13:23 WIB

Pelaku Penyerangan Charlie Hebdo Mengaku dari Alqaidah

Rep: c84/ Red: Esthi Maharani
Seorang simpatisan menyalakan lilin sebagai bentuk solidaritas terhadap korban penembakan kantor majalan Charlie Hebdo di Paris, Prancis
Foto: ap
Seorang simpatisan menyalakan lilin sebagai bentuk solidaritas terhadap korban penembakan kantor majalan Charlie Hebdo di Paris, Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kantor majalah satir, Charlie Hebdo, di Paris, Prancis, diserang pada Rabu (7/1), pukul 11.30 waktu setempat. Serangan itu menewaskan 12 orang dan melukai puluhan orang lainnya.

Kartunis Charlie Hebdo, Corinne Rey mengatakan para pelaku fasih berbicara bahasa Prancis. Tak hanya itu, pelaku juga mengaku dari Alqaidah. 

Seorang saksi mata yang tak ingin namanya disebutkan mengatakan bahwa para pelaku sangat terlatih. 

Atas kejadian itu, pemerintah Perancis langsung menaikkan status siaga di negaranya dengan mengerahkan aparatnya ke sejumlah tempat-tempat seperti rumah ibadah, toko, kantor media, dan transportasi. 

Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan serangan itu adalah aksi teroris yang sangatluar biasa. Dalam pidatonya Rabu (7/1) malam waktu setempat, Hollande berjanji untuk memburu para pelaku teror. 

"Mari kita bersatu, dan kita akan menang, Vive la France!" pekiknya.

Kekhawatiran akan adanya aksi teror terus meningkat di Perancis dan sejumlah negara lain di Eropa menyusul kembalinya para pejuang asing yang bergabung dengan ISIS ke negaranya masing-masing. 

Serangan tersebut mendapatkan kecaman dari seluruh dunia. Sejumlah pimpinan negara-negara juga ikut turut berduka cita serta mengutuk serangan yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap kebebasan pers dan kemanusiaan itu. 

Presiden AS Barack Obama menawarkan bantuan kepada Perancis untuk ikut mencari para pelaku. Obama mengatakan serangan teror tersebut telah telah menyerang kebebasan berekspresi. Dia menyampaikan doa dan dukungan untuk Perancis, yang ia sebut sebagai sekutu tertua AS. 

Perdana Menteri Italia Matteo Renzi juga ikut mengecam serangan tersebut.

"Saya pikir seluruh Eropa menangis hari ini," katanya. 

Organisasi Kerjasama Islam yang berbasis di Jeddah, Arab Saudi, yang mewakili 57 negara mayoritas Muslim, dengan tegas menyatakan kekerasan dan radikalisme adalah musuh terbesar Islam dan bertentangan dengan semua prinsip dan nilai-nilai fundamentalnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement