REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pemerintah baru Sri Lanka mengatakan akan menyelidiki hal yang disebut upaya kudeta oleh Mahinda Rajapaksa, setelah ia kalah dalam pemilihan presiden Jumat lalu. Klaim tersebut diungkapkan oleh Rajitha Senaratne, seorang juru bicara presiden baru, Maithripala Sirisena.
Ia mengatakan mantan Presiden Rajapaksa baru mundur setelah panglima militer dan kepala kepolisian menolak membantunya tetap berkuasa. "Bahkan di saat terakhir, ia berusaha mempertahankan kekuasaan. Baru ketika ia sadar bahwa ia tidak mempunyai pilihan lain, ia memutuskan pergi," kata Rajitha Senaratne di Colombo, dikutip dari BBC News Ahad (11/01).
Rajapaksa telah mengaku kalah dalam pemilihan presiden karena hanya mengantongi 47,6 persen suara. Baik militer maupuan kepolisian Sri Lanka belum memberikan pernyataan terkait tuduhan upaya kudeta itu, tetapi juru bicara Rajapaksa menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar.
"Tidak ada ada upaya seperti itu sama sekali," tegas Mohan Samaranayake. Secara umum Sri Lanka bebas dari intervensi militer dalam kehidupan politik, kecuali perebutan kekuasaan pada 1962 yang gagal menggulingkan pemerintah.
Sejak saat itu tidak ada peran langsung militer di pemerintahan.