Ahad 18 Jan 2015 10:13 WIB

Presiden Prancis: Pemrotes Charlie Hebdo tak Tahu Kebebasan Berbicara

Rep: C84/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Prancis Francois Hollande.
Foto: Reuters
Presiden Prancis Francois Hollande.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan. orang yang memprotes majalah Charlie Hebdo tidak mengerti tentang kebebasan berbicara yang ada di negaranya. Pernyataan ini muncul menyusul maraknya aksi protes menentang majalah satir tersebut di sejumlah negara, seperti Aljazair, Pakistan, dan Niger, di mana setidaknya dua gereja Kristen telah dibakar massa.

"Kami sudah didukung negara-negara tersebut dalam perang melawan terorisme," kata Hollande saat berkunjung ke kota Tulle, dilansir dari Reuters.

Dia menambahkan, negaranya memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai kebebasan berekspresi. Di Niger, setidaknya empat orang tewas di kota Zinder atas kerusuhan yang terjadi dalam protes menentang Charlie Hebdo. Para demonstran juga membakar sebuah pusat kebudayaan Prancis dan beberapa gereja.

Al-Jazeera melaporkan juga membakar sedikitnya dua mobil polisi setelah pihak berwenang melarang pawai yang diselenggarakan oleh umat Islam setempat.

Menurut VOA, tiga warga sipil tewas, termasuk dua orang yang ditembak polisi dalam protes tersebut. Menteri Dalam Negeri Niger Hassoumi Massaoudou, mengatakan seorang polisi tertabrak dan tewas, sementara 45 orang lainnya terluka. "Saya ingin meyakinkan orang-orang Kristen bahwa negara ada di sini untuk membela orang-orang yang tinggal di Niger," ujarnya.

Protes menentang edisi terbaru Charlie Hebdo seperti dilaporkan marak terjadi pada pekan lalu di sejumlah negara seperti Mali, Senegal dan Mauritania, usai ibadah shalat Jumat. Euronews mengatakan bahwa di Pakistan, seorang fotografer lokal, Assif Hassan, terluka parah akibat tembakan senjata dalam protes yang terjadi di luar konsulat Perancis di Karachi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement