REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sejumlah website media Prancis mengalami gangguan setelah muncul peringatan akan adanya serangan siber kelompok militan. Diantara situs yang terkena serangan adalah Le Parisien, Marianne, 20 Minutes, L'Express, Mediapart, dan France Info.
Pemerintah Prancis menyatakan, sekitar 20.000 situs telah menjadi target teror setelah terjadinya penyerangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo. Situs Le Parisien saat dibuka menyebutkan, "Kesalahan yang tidak terduga telah terjadi, coba lagi nanti, tim kami telah diberitahu."
Pengelola Web Oxalide menyebutkan, penyerangan hacker terhadap situs membuat situs susah dibuka. Saat ini mereka masih menyelidiki siapa yang berada di balik serangan terhadap situs mereka. Namun belum diketahui apakah ada hubungan antara penyerang Charlie Hebdo dengan hacker penyerang situs-situs di Prancis.
Kepala Keamanan Siber Militer Prancis Laksamana Madya Arnaud Coustilliere mengatakan, kelompok terorganisir yang dikenal dengan hacker militan berada di belakang serangan terhadap situs-situs di Prancis. "Serangan dilakukan terhadap 20.000 situs, namun belum bisa dirinci situs apa saja," katanya akhir pekan lalu seperti dilansir BBC.
Coustilliere meyakini, serangan terhadap situs-situs di Prancis merupakan upaya balas dendam terhadap pawai solidaritas untuk Charlie Hebdo. Akibat serangan tersebut, militer Prancis memutuskan untuk meningkatkan kewaspadaan keamanan.
Charlie Hebdo sendiri rupanya tidak jera setelah mendapatkan serangan mematikan. Mereka masih membuat sampul depan majalah satire itu dengan gambar kartun Nabi Muhammad Saw yang sedang menangis. Gambar sampul edisi terbaru itu dilengkapi tulisan "Semua telah dimaafkan."