REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK -- Pemimpin separatis yang didukung Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina timur, hari Jumat (23/1) mengatakan tidak akan ada lagi pembicaraan damai dengan Kyiv. Ia juga menyatakan pasukannya telah melancarkan serangan baru terhadap militer Ukraina di bagian-bagian wilayah yang selama ini tidak dibawah kendali pemberontak.
Alexander Zakharchenko, kepala Republik Rakyat Donetsk yang dideklarasinya sendiri, mengatakan pasukannya akan menyerang tentara pemerintah “sampai kami mencapai batas-batas wilayah Donetsk.” Kantor berita Rusia RIA Novosti mengutip Zakharchenko yang menyatakan: “Jika saya melihat ancaman terhadap wilayah Donetsk dari siapa saja, saya juga akan membasmi ancaman itu di sana.”
Separatis yang didukung Rusia kini menguasai bagian-bagian wilayah Donetsk, serta bagian-bagian wilayah Luhansk, tetangganya. Pertempuran di kedua wilayah semakin sengit dalam beberapa hari ini, terutama di sekitar Bandara Donetsk.
Zakharchenko mengatakan pasukannya mampu menyerang "dalam tiga arah secara bersamaan" dan kini sedang bergerak di beberapa kota dalam wilayah Donetsk.
Dalam pertemuan dengan pejabat-pejabat senior di Moskow hari Jumat, Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan pemerintah Ukraina atas meningkatnya kekerasan terbaru di Ukraina timur, menuduhnya melancarkan serangan dengan menggunakan artileri dan pesawat yang menurutnya membunuh dan melukai puluhan orang, termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua.
Doctors Without Borders hari Jumat mengatakan situasi warga sipil yang terjebak zona konflik di Ukraina timur kini "mengerikan." Tim medis amal internasional itu mengatakan dokter-dokter yang bekerja di rumahsakit dekat dengan garis depan "kesulitan mengobati orang yang luka dengan berkurangnya pasokan" dan bahwa pertempuran sengit menghambat timnya mencapai wilayah yang paling parah terimbas.
Badan HAM PBB hari Jumat mengatakan jumlah korban akibat konflik di Ukraina timur sudah melampaui 5.000 orang.