Selasa 03 Feb 2015 09:24 WIB

Rekor Baru, Obama Usulkan Anggaran Empat Triliun Dolar AS

Presiden AS Barrack Obama.
Foto: AP Photo/Rob Griffith
Presiden AS Barrack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Barack Obama pada Senin (2/2), mengumumkan rekor usulan anggaran sebesar empat triliun dolar AS untuk 2016, karena ia berusaha meningkatkan belanja infrastruktur, pendidikan dan penelitian.

Langkah itu ditempuhnya untuk membuat negaranya lebih kompetitif dan memperkuat kelas menengah yang lesu. Anggaran 3,999 triliun dolar AS merupakan peningkatan 6,4 persen dari tahun sebelumnya, dan defisit akan turun menjadi 474 miliar dolar AS, atau 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih rendah dari 3,2 persen yang tercatat pada tahun fiskal 2015.

Dalam uraian anggaran baru untuk tahun fiskal yang dimulai 1 Oktober itu, Obama menganggarkan 605 miliar dolar AS untuk pertahanan dan 563 miliar dolar AS untuk belanja nonpertahanan.

Pengeluaran kesejahteraan termasuk jaminan sosial dan Medicare (sistem asuransi kesehatan federal untuk orang berusia di atas 65 tahun dan untuk orang-orang lebih muda tertentu penyandang disabilitas) dan Medicaid (sistem asuransi kesehatan federal bagi mereka yang membutuhkan bantuan keuangan) mencapai 2,54 triliun dolar AS.

Anggaran akan dialokasikan 478 miliar dolar AS antara lain untuk merenovasi jalan-jalan dan jembatan-jembatan usang, biaya kuliah gratis masyarakat selama dua tahun, meningkatkan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan.

Untuk meningkatkan pendapatan fiskal, anggaran mengusulkan pajak kekayaan dan pajak penutupan perusahaan. Proposal akan meningkatkan pengeluaran pemerintah federal sebesar 74 miliar dolar AS, dimana 38 miliar dolar AS akan dihabiskan untuk pertahanan.

Pemerintahan Obama memproyeksikan defisit akan tetap berada di bawah 500 miliar dolar AS per tahun hingga 2018, tetapi akan meningkat menjadi 687 miliar dolar AS pada 2025. Tapi pihaknya mencatat tingkat defisit masih bisa dianggap dapat dikendalikan jika dibandingkan dengan ukuran ekonomi.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement