Kamis 05 Feb 2015 18:34 WIB

Miras Dilarang, Tingkat Kekerasan di Desa Australia Barat Turun

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, KIMBERLEY --Aksi kekerasan dalam rumah tangga terkait penggunaan alkohol di wilayah ‘Halls Creek’, Kimberley, Australia Barat menurun. Penurunan ini terjadi sejak diberlakukannya pelarangan minuman keras jenis ‘liquor’ sejak 5 tahun lalu.

Pada tahun 2009, direktur lembaga pelisensi minuman keras ‘Liquor Licensing’ melarang penjualan minuman keras jenis ini. Selanjutnya dilakukan pembatasan penjualan miras di dalam komunitas terpencil Australia Barat itu, sebelum tengah hari.

Sebuah laporan yang diterbitkan Kantor Penanganan Narkoba dan Alkohol menunjukkan, statistik mengemudi di bawah pengaruh alkohol, penyerangan dan kekerasan dalam rumah tangga telah menurun, sejak saat itu.

Temuan ini sejalan dengan dua ulasan sebelumnya yang dilakukan 12 bulan dan 24 bulan setelah pelarangan diberlakukan.

Laporan terbaru menemukan, jumlah kekerasan yang terverifikasi sebelum dan sesudah pelarangan, turun 32%, kemudian berubah menjadi 51%, 47% dan 46% setiap tahun sesudahnya.

Dari penurunan itu, persentase kekerasan yang berkaitan dengan alkohol awalnya turun sebesar 87%, sebelum stabil di angka 66% dan 68% pada tahun-tahun berikutnya.

Insiden kekerasan dalam rumah tangga awalnya menurun sebesar 24%, lalu 50%, 56%, 28% dan 47% tetapi proporsi statistik yang terkait dengan alkohol, tetap tinggi.

Menteri Perlindungan Anak, Helen Morton, mengatakan, jumlah kejadian darurat yang berhubungan dengan alkohol juga turun.

"Dengan adanya pelarangan ‘liquor’, penurunan kekerasan dalam keluarga dan kekerasan dalam rumah tangga serta kekerasan yang berhubungan dengan unit gawat darurat ... telah berkurang secara signifikan, sebaiknya program ini dilanjutkan," jelasnya.

Ia mengatakan, ia sangat senang dengan temuan tersebut.

"Secara keseluruhan, ini adalah temuan yang memverifikasi bahwa pelarangan ‘liquor’ di Halls Creek memiliki manfaat yang awet dan berkelanjutan di antara warganya," paparnya baru-baru ini.

"Ini berarti bahwa keluarga berkurang disfungsional-nya, ada lebih banyak layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bahwa unit gawat darurat tak melulu menangani masalah yang terkait alkohol," tambahnya.

Menteri Helen mengungkapkan, "Salah satu manfaat yang paling menakjubkan adalah jumlah kehadiran di pusat rehabilitasi berkurang sedemikian rupa, sehingga fasilitas itu tak dimanfaatkan lagi, dan kemudian dibangun kembali menjadi sebuah layanan konseling narkoba dan alkohol.”

Polisi Australia Barat memperkirakan, beban kerja mereka yang terkait minuman keras juga berkurang dari 90% menjadi 70%-80%, sebagai akibat pembatasan tersebut.

"Saya adalah Inspektur di Kimberley pada tahun 2009 ketika pelarangan 'liquor' pertama kali diberlakukan, dan sejauh yang saya tahu, kini perbedaannya bagaikan siang dan malam," kata Komandan Regional Australia Barat, Murray Smalpage.

Munculnya kritik

Tapi ada kritik yang muncul akibat pelarangan itu, termasuk bahwa turis yang bepergian melewati ‘Hall Creek’, terpaksa membatalkan persinggahannya di wilayah itu, karena tak akan bisa membeli ‘liqour’ di sana.

Komandan Murray mengakui adanya tantangan dalam lima tahun terakhir, termasuk perdagangan alkohol ilegal di wilayah Kimberley.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement