REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Laju kepunahan mamalia di Australia lebih cepat dibanding wilayah lainnya di dunia. Ironisnya , laju kepunahan itu bukan disebabkan oleh hilangnya habitat asli maupun dampak pembangunan, sebaliknya predator menjadi biang penyebab semakin berkurangnya satwa mamalia endemik Australia.
Riset selama tiga tahun yang dilakukan di seluruh dunia mendapati Australia telah kehilangan 10 persen dari hewan mamalia di wilayahnya sejak era pendudukan warga Eropa di benua tersebut.
Dan angka itu merupakan laju kepunahan tertinggi yang tercatat di seluruh dunia.
Peneliti John Woinarski, dari Universitas Charles Darwin mengatakan hasil riset ini mendapati kucing dan serigala menjadi penyebab utama dari lenyapnya mamalia di benua Australia.
"Australia telah kehilangan sekitar 30 spesies dari sekitar 280 satwa endemik di kawasan itu sejak pendudukan warga Eropa," katanya baru-baru ini.
"Bisa dibandingkan dengan benua di Amerika Utara yang hanya kehilangan sekitar satu spesies mamalia endemiknya saja selama periode yang sama."
"Apa yang terjadi di Australia sangat berbeda dan lebih serius dibanding dengan kasus kepunahan di bagian dunia lainnya yang pernah terjadi sebelumnya."
Dr Woinarksi dan koleganya sesama peneliti dalam riset ini mengevaluasi lebih dari 3.000 kajian terdahulu mengenai mamalia Australia. Kajian terdahulu itu dilakukan di seluruh Australia mulai dari wilayah perkotaan hingga kawasan terpencil di pedalaman Australia.
Dr Woinarski mengatakan dalam studi terakhir diketahui mamalia di Australia terutama banyak yang punah di kawasan pedalaman. "Padahal dibanyak tempat di dunia, kepunahan konservasi justru terjadi di daerah-daerah yang tinggi populasi manusianya dan tingkat pembangunan yang tinggi," ujarnya.
"Tapi hal itu tidak terjadi di Australia, sebaliknya kebanyakan kasus mamalia yang punah justru terjadi di kawasan yang sangat terpencil jauh dari hunian manusia,"
Perbedaan ini menurut peneliti lantaran kepunahan mamalia di Australia banyak dipicu oleh perilaku predator dan bukan karena hilangnya habitat asli mamalia apalagi perburuan yang berlebihan.
Dalam hal itu serigala dan kucing menjadi hewan yang paling disalahkan kata Dr Woinarksi selain juga kebakaran lahan yang turut berkontribusi dalam kepunahan mamalia di Australia. "Saat ini kita melihat ada banyak kasus kepunahan mamalia yang disebabkan oleh api dan itu juga berdampak,"
"Memang faktor penyebab ini tidak seserius kucing liar, yang kita pikir merupakan faktor penyebab nomor satu. Namun kedua faktor itu tidak berdiri sendiri.
"Tampaknya dampak dari kucing liar ini jauh lebih parah di kawasan yang banyak terjadi kebakaran lahan, hal itu terjadi karena banyak dari spesies mamalia darat asli benua Australia itu tidak memiliki cukup lahan untuk bersembunyi,"
Dengan tambahan 21 persen dari spesies teresterial di kawasan Australia yang masuk dalam kategori spesies terancam punah, Dr Woinarski menilai masyaraka perlu menyadari masalah ini dan melakukan tindakan.
Menurutnya angka kepunahan mamalia ini harus ditekan dan untuk itu diperlukan tindakan drastis sesegera mungkin.
"Tindakan drastis itu bisa mencakup pelestarian yang lebih baik populasi mamalia yang hidup dipesisir pulau yang tidak terdapat kucing liar atau serigala pada saat ini,"
"Memastikan seluruh prosedur biosekuriti dan karantina dilaksanakan dengan bagi di kawasan itu. "Memindahkan sejumlah spesies asli ke lokasi di pulau yang jauh dari predator atau menempatkan mereka di dalam kawasan berpagar yang bebas kucing liar."
Sementara dalam jangka panjang, Dr Woinarski mengatakan rencana pemusnahan predator perlu juga diperkenalkan sebagai salah satu upaya kunci untuk menyelamatkan mamalia asli benua Australia. "Kita perlu meningkatkan jumlah perburuan kucing liar dan serigala," tegasnya.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).