REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Peneliti lingkungan di Australia mendesak pemerintahnya untuk mengganti program perlindungan hewan khas dan keragaman hayati Australia dengan membangun pagar untuk mencegah satwa hama seperti anjing liar. Sebaliknya para ilmuwan Australia meyakini menambah populasi anjing liar khas Australia dingo lebih efektif menjalankan tugas tersebut.
Desakan ini didasarkan pada sebuah program percobaan yang dilakukan di Taman Nasional Sturt di New South Wales. Di kawasan itu peneliti membudidayakan dingo untuk melindungi keanekaragaman hayati dan hewan khas yang ada di sana.
Peneliti Dr. Thomas Newsome dari Universitas Sydney mengatakan percobaan ini menunjukan predator atas bisa memainkan peran penting dalam pengelolaan hewan liar hama yang memangsa banyak satwa liar khas Australia.
"Ada banyak ketertarikan untuk menelaah lebih jauh peran dingo terhadap lingkungan di sekitarnya," kata Dr. Newsome baru-baru ini.
"Ada banyak kajian yang meneliti apa yang akan terjadi jika Dingo hilang dari sebuah ekosistem, tetapi dari sudut pandang ilmiah langkah logis selanjutnya adalah apa yang terjadi jika dingo dikembalikan ke dalam ekosistem,"
"Kajian yang kami lakukan akan dapat membantu menyimpulkan perdebatan mengenai apakah dingo bisa memberikan manfaat bagi ekosistem yang terancam karena menghilangnya rerumputan karena banyak dimakan oleh kangguru dan emu, dan begitu juga dengan pemangsaan berlebih yang dilakukan oleh kucing liar dan serigala,"
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement