Ahad 01 Mar 2015 15:11 WIB

Australia, Indonesia dan Malaysia Ujicoba Sistem Pelacakan Pesawat Baru (1)

Red:
 Sistem pelacakan pesawat baru ini merespons kasus hilangnya pesawat MH370 sekitar satu tahun yang lalu.
Foto: abc news
Sistem pelacakan pesawat baru ini merespons kasus hilangnya pesawat MH370 sekitar satu tahun yang lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Wakil Perdana Menteri Australia, Warren Truss menyatakan, Australiaa akan ambil bagian dalam ujicoba pelacakan pesawat baru. Pelacakan dimaksudkan guna mencari pesawat milik Maskapai Malaysia Airline MH370 yang hilang lebih dari satu tahun lalu.

Tim gabungan itu terdiri dari Australia, Indonesia, dan Malaysia.

Dengan mengandalkan sistem baru, sekarang semua pesawat terbang yang tengah melintas di kawasan terpencil di atas samudera akan dilacak keberadaannya oleh sistem ini setiap 15 menit. Sebalumnya, pelacakan dilakukan pada interval 30 sampai 40 menit.

 

Wakil Perdana Menteri Australia, Warren Trust mengatakan tragedi hilangnya pesawat di atas samudera seperti yang menimpa pesawat MH370 pada 8 Meret 2014 lalu menjadi menjadi sorotan semua pihak. Pesawat dengan 239 penumpang, membuat semua pihak menyoroti soal mekanisme pemantauan pesawat.

 

"Pendekatan baru ini memungkinkan perbaikan pemantauan itu dilakukan demi memantau penerbangan jarak jauh dan tentu saja akan memberikan keyakinan yang lebih besar kepada publik terhadap keamanan penerbangan tanpa memerlukan investasi teknologi tambahan pada maskapai penerbangan," ujarnya baru-baru ini.

"Inisiatif ini mengadaptasi teknologi yang sudah ada dan telah digunakan oleh lebih dari 90 persen pesawat yang melayani rute penerbangan jarak jauh dan akan memungkinkan petugas pengawas lalu lintas penerbangan dapat merespons lebih cepat jika ada pesawat yang mengalami masalah atau keluar dari jalur rencana penerbangannya," ujarnya.

"Saya terutama sekali menyambut baik dilibatkannya pengawas lalu lintas penerbangan dari Indonesia dan Malaysia untuk membentu insiatif regional ini," ujarnya.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement