Kamis 05 Mar 2015 19:29 WIB

Bahasa Indonesia Jadi Bahan Ujian Akhir SMA di Australia

Red:
 Kepala Sekolah Victorian School of Languages Frank Merlino (paling kiri).
Foto: abc news
Kepala Sekolah Victorian School of Languages Frank Merlino (paling kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA -- Masyarakat Indonesia boleh bangga. Pasalnya, kini ribuan siswa SMA di Australia mengikuti ujian akhir mata pelajaran bahasa asing, dan bahasa Indonesia merupakan salah satu yang menjadi pilihan.

Sistem ujian akhir SMA di Australia dilakukan menurut ketentuan di masing-masing negara bagian. Di Victoria yang beribukota Melbourne, misalnya, untuk musim ujian akhir 2014 lalu, sebanyak 14 ribu siswa SMA turut ambil bagian.

Bahasa asing yang diujikan dipilih di antara sekitar 40 bahasa yang diajarkan di Victoria School of Language (VSL), yang dibawahi oleh Departemen Pendidikan negara bagian Victoria.

Khusus bahasa Indonesia dikategorikan menjadi dua tingkat. Pertama, ujian akhir bahasa Indonesia bagi penutur asli (first language), dan kedua, bahasa Indonesia bagi penutur bukan asli (second language).

Para peraih skor tertinggi ujian bahasa asing ini, mendapat penghargaan dari VSL. Senin (2/3) malam, peserta ujian akhir dengan skor tertinggi menerima penghargaan tersebut dalam acara yang diselenggarakan di Universitas Melbourne.

Frank Merlino, Kepala Sekolah Victorian School of Language dalam kesempatan itu menjelaskan, sekitar 2.000 pelajar tingkat kelas 12 mengikuti ujian bahasa asing untuk periode 2014.

"Pelajaran bahasa asing sendiri diikuti oleh 9.236 siswa tingkat kelas 12, namun yang ikut ujian akhir sekitar 2.000 siswa," jelasnya seperti dikutip wartawan ABC Farid M. Ibrahim.

Dari 50.383 siswa SMA setingkat kelas 12 di Victoria, kata Merlino, jumlah siswa yang ikut pelajaran bahasa asing berkisar 18,3 persen.

Dikatakan, VSL telah 80 tahun menjalankan tugasnya mengajarkan bahasa asing kepada warga Australia.

Namun Merlino mengakui, pihaknya menghadapi tantangan saat ini karena ada 5 bahasa asing yang tidak lagi dijadikan bahan ujian akhir dan enam tahun terakhir. "Selain itu ada 6 bahasa lainnya juga terancam kehilangan akreditasi untuk diujikan," jelasnya.

Tantangan lainnya, kata Merlino, adalah bahwa tidak semua negara bagian di Australia memiliki sekolah khusus bahasa asing.

"Kemudian, kami juga perlu dana untuk mengembangkan bahan-bahan pengajaran bahasa asing secara online dan jarak jauh di australia," katanya.

Colin Brooks anggota parlemen Victoria yang mewakili pemerintah menyatakan akan terus mendukung VSL. Ia mencontohkan, bahasa asing dari Myanmar yaitu bahasa komunitas Karen kini dalam proses akreditasi untuk dijadikan bahan ujian akhir.

Penyerahan penghargaan peraih skor tertinggi dilakukan Colin Brooks kepada 108 siswa dari seluruh Victoria, termasuk sejumlah siswa yang mengambil ujian akhir bahasa Indonesia.

Dalam kesempatan itu, pakar bahasa dari Universitas Melbourne Dr Russel Cross menyampaikan kuliah umum yang menggarisbawahi pentingnya kemampuan multilingual dewasa ini.

"Ada yang menyatakan tidak perlu lagi belajar bahasa asing karena bahasa Inggris ada dimana-mana," katanya.

"Tapi kenyataannya, jumlah penutur bahasa Inggris secara totoal hanya 8,5 persen dari penduduk dunia. Dan yang benar-benar penutur asli hanya 5 persen tersebar di Inggris, AS, Kanada dan Australia," jelasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement