REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak lebih dari 76 ribu jutawan China bermigrasi alias mencoba mendapatkan kewarganegaraan lain dalam periode satu dekade hingga 2013. Hal tersebut terjadi di tengah ekspansi global perusahaan di China.
“Australia merupakan salah satu tujuan favorit jutawan China,” kata konsultan properti Knight Frank LLP sebagaimana diberitakan Bloomberg mengutip data dari firma hukum Fragomen LLP pada Kamis 5 Maret. Laporan menyebut, dengan adanya regulasi baru dan meningkatnya pembagian informasi data pajak antarnegara akan membuat para orang kaya ini kesulitan untuk membeli properti di negara lain. Makanya, migrasi pun kompak dilakukan.
Dalam data tersebut, warga China menyumbang 90 persen dari orang yang mengajukan permohonan visa investor di Australia dalam dua tahun belakangan hingga akhir Januari 2015 yang jumlahnya mencapai 1.384 orang. Mereka juga banyak mengajukan visa khusus untuk mereka yang memiliki aset di atas 1 juta dolar Amerika di Inggris dan Amerika Serikat.
"Pada akhirnya, ada keinginan kuat dari orang kaya China untuk pindah negara," kata kepala riset Knight Frank Liam Bailey dikutip dari Bloomberg. Menurutnya, beberapa dari mereka ada yang bekerja untuk perusahaan yang mencoba menjadi pemain global sehingga mereka perlu memiliki pijakan di London, New York, dan Los Angeles, dan memindahkan staf ke negara lain.
Selain itu, laporan juga menyebut, lebih dari 300 investor China mengajukan visa Tier 1 Inggris yang mensyaratkan investasi £2 juta atau 3 juta dolar amerika ke dalam bentuk aset di negara itu dalam periode Januari-September tahun lalu.
Sementara, lebih dari 114 ribu jutawan dunia pindah ke Inggris dalam periode serupa, sehingga menjadikan Negara tersebut sebagai tujuan migrasi paling populer di kalangan orang kaya dunia. Singapura berada di urutan kedua tujuan migrasi dengan 45 ribu orang, disusul Amerika Serikat di peringkat ketiga yang menerima 42.400 orang.