Sabtu 07 Mar 2015 08:10 WIB

Pemimpin Oposisi Tajikistan Ditembak Mati di Turki

Umarali Kuvatov
Foto: BBC
Umarali Kuvatov

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL – Pemimpin  kelompok oposisi Tajikistan, Umarali Kuvatov ditembak mati oleh pria tidak dikenal di Istanbul Turki. Penembakan Kuvatov terjadi dua hari setelah pengadilan Tajikistan menghukum anggota kelompoknya dengan hukuman 17 tahun penjara.

Wakil kelompok oposisi Tajikistan mengatakan, Kuvatov tewas setelah makan malam di luar bersama istri dan dua anaknya.

Setelah makan ia tiba-tiba merassa sakit dan keluar  ke jalan. Kemudian seorang pria tidak dikenal menembak Kuvatov. Istri Kuvatov sempat menginformasikan kejadian itu sesaat setelah kejadian kepada kerabatnya.

Tapi, dia dan dua anaknya tiba-tiba hilang kesadaran karena diracun.  BBC melaporkan, Kuvatov tewas sebelum polisi  datang ke tempat kejadian.

Kuvatov dikenal sering melakukan protes dan antipemerintahan. Protes itu sering disampaikan Kuvatov di media sosial yang didirikannya sejak Oktober 2014 di Dushanbe.

Jauh sebelumnya, Kuvatov juga dikenal sebagai miliarder di Tajikistan  awal 2000-an.  Ia berhasil menjalankan bisnis konstruksi dan bisnis minyak. Bahkan Kuvatov sempat menikmati hubungan baik dengan anggota keluarga presiden Tajikistan, Rakhmon.  

Kerja samanya pun erat dengan anak mertua Rakhmon  sejak 2001 sampai 2012.  Apalagi keduanya sering bekerjasama memasok bahan bakar untuk pasukan NATO di Afghanistan.

Hubungan dengan keluarga Rakhmon semakin memburuk. Ketika orang-orang berpengaru di pemerintahan mencoba mengambil alih kepentingan bisnisnya. Setelah itu ia pergi ke Moskow dan Dubai untuk mendirikan kelompok oposisi dengan pembisnis asal Tajikistan. Dengan bantuan pembisnis itu, kelompok 24 yang didirikan Kuvatov banyak merekrut tenaga migran dari Tajikistan dan Turki.

Kelompoknya memang dikenal selalu menentang presiden Emomali Rakhmon sejak Oktober 2014.  Pemerintah Tajikistan langsung menuduh Kuvatov melakukan tindakan kriminal karena berusaha merebut kekuasan Tajikistan dan menghina presiden. Dengan tuduhan itu Tajikistan meminta Turki untuk mengekstradisinya. Namun, permintaan Emomali Rakhmon ditolak pemerintahan Turki.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement