Sabtu 07 Mar 2015 14:58 WIB

Penyerang Dubes AS Seorang Nasionalis Radikal

Rep: c07/ Red: Ani Nursalikah
Dubes AS untuk Korea Selatan, Mark Lippert, meninggalkan Sejong Center, Seoul, Korea Selatan, Kamis (5/3) usai mendapatkan serangan dengan menggunakan pisau.
Foto: EPA/Yonhap
Dubes AS untuk Korea Selatan, Mark Lippert, meninggalkan Sejong Center, Seoul, Korea Selatan, Kamis (5/3) usai mendapatkan serangan dengan menggunakan pisau.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Dari hasil penyelidikan, penyerang Dubes AS untuk Korea Selatan (Korsel) Kim Ki Jong (55 tahun) diketahui merupakan seorang nasionalis radikal. Kim melihat AS sebagai salah satu penghalang bagi reunifikasi Korsel dan Korut.

Kepolisian Korsel telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Kim sebagai tersangka pada Jumat (6/3). Dia didakwa  percobaan pembunuhan terhadap Duta Besar AS Mark Lippert. Saat ini Kim harus mendekam di dalam penjara di Seoul.

Kepolisian Korsel meyakini Kim merupakan pelaku tunggal. Dari hasil penyelidikan diketahui  Kim pernah mengunjungi Korut lebih dari enam kali, antara 2006-2007. Bahkan, dia sempat berusaha mendirikan memorial untuk Kim Jong Il di Seoul setelah kematiannya pada 2011 lalu.

Kecurigaan keterkaitan Korut dalam insiden ini semakin meningkat setelah otoritas Korut memberikan komentar yang memuji serangan Kim ini. Melalui kantor berita mereka KCNA, Korut menyebut serangan ini sebagai hukuman yang layak bagi AS.

Kasus penyerangan Dubes Lippert ini ditangani oleh tim investigasi khusus yang terdiri lebih dari 100 jaksa dan polisi Korsel. Penyelidikan dipimpin oleh Biro Antiterorisme pada kantor jaksa distrik Seoul.

Dilansir dari USnews, Kim Ki Jong sempat meneriakkan Korea Selatan dan Utara harus bersatu sebelum ditangkap. Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyebut insiden ini sebagai serangan ganas meski AS tidak akan terpengaruh dengan ancaman ini.

Kepala Biro Koran Seoul-Jepang, Yomiuri Shimbun mengatakan, insiden tersebut menggambarkan ketegangan antara AS dan Korea Selatan. Wakil AS urusan politik, Wendy Sherman menyalahkan Jepang, Cina dan Korea Selatan karena ketegangan politik yang terjadi di kawasan tersebut.

Jepang dan Korea Selatan dekat dengan AS. Keduanya memiliki persaingan budaya dan politik yang mendalam satu sama lain dan pernah memiliki sejarah berdarah.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement