Rabu 11 Mar 2015 09:58 WIB

Dipimpin Raja Baru, Saudi Mengambil Langkah Berbeda dengan Mesir

Rep: C07/ Red: Winda Destiana Putri
Penguasa Arab Saudi Raja Salman.
Foto: Reuters
Penguasa Arab Saudi Raja Salman.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Di bawah kepemimpinan Raja Salman, Arab Saudi akan mulai memperbaiki hubungan dengan Turki dan Qatar serta mulai memperlunak sikapnya terhadap Ikhwanul Muslimin yang berkonflik dengan Iran.

Sikap Arab Saudi tersebut, merubah jalinan kerja sama dengan Mesir yang tidak akur dengan Turki ataupun Qatar. Upaya tersebut juga menyimpang dengan upaya damai dan memerangi Ikhwanul Muslimin.

Sikap tersebut disinyalir akan mengancam dan membuka friksi dalam hubungan dua negara Sunni itu. Karena di akhir kepemimpinan Raja Abdullah yang wafat pada Januari lalu, Mesir dan Arab meningkatkan kerjasama untuk memerangi kelompok Ikhwan dan pengaruh Syiah di Iran, Irak, Suriah, Lebanon dan Yaman.

Sebelumnya, Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi menolak rekonsiliasi dengan Turki dan Qatar yang merupakan dua pendukung Ikhwanul. Al Sisi naik menjadi presiden setelah ia menjadi panglima militer pada tahun 2013.

Ia menggulingkan Mohammed Morsi, presiden Mesir sebelumnya yang juga merupakan pemimpin Ikhwanul. Semenjak menjadi presiden, Al Sisi melakukan penumpasan terhadap organisasi teroris dan ikhwanul.

Raja Salman yang naik tahta setelah kematian saudara tirinya Raja Abdullah pada (23/1) lalu, melihat ancaman Iran atau kelompok-kelompok ekstremis seperti Alqaidah dan ISIS sangatlah besar. Menurutnya, Turki dan Qatar bisa membantu melawan kelompok tersebut.

"Pemerintah baru, raja baru, mungkin merasa bahwa cara-cara lama tidak bekerja dengan baik," kata Analis Politik yang berbasis di Washington Brian Downing seperti yang dilansir dari AP, Selasa (10/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement