Kamis 19 Mar 2015 22:23 WIB

Sampah dari Berbagai Negara Terdampar di Pantai Tasmania

Red:
Tim yang terdiri dari 30 relawan pergi dari pantai ke pantai dengan empat perahu nelayan.
Foto: Ula Majewski
Tim yang terdiri dari 30 relawan pergi dari pantai ke pantai dengan empat perahu nelayan.

REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Kondisi Pantai Tasmania memprihatinkan ditandai dengan berseraknya sampah. Karenanya, para relawan berkumpul di Hobart untuk memungut sekitar 80 ribu lembar sampah yang mereka kumpulkan dari pantai terpencil di barat Tasmania.

Dua puluh tujuh orang menghabiskan delapan malam di laut dengan kapal nelayan, pergi dari pantai ke pantai, dari wilayah ‘Low Rocky Point’ ke Port Davey, dalam upaya tahunan untuk membersihkan pantai.

Beberapa pantai yang mereka kunjungi begitu terpencil sehingga tidak dapat diakses melalui jalan darat, namun predikat ‘Warisan Dunia’ yang disandang-pun tak melindungi pantai-pantai ini dari sampah.

Pemimpin tim, Matt Dell, mengatakan, tahun ini, para relawan memungut hampir 80 ribu lembar sampah.

"Itu cukup berat. Kami benar-benar melakukannya dengan cukup baik mengingat kami terjebak di Port Davey selama dua hari," ujarnya baru-baru ini.

Tahun lalu, kelompok ini mengumpulkan 48 ribu lembar sampah, sementara tahun ini, mereka mengumpulkan sampah sebanyak itu hanya dalam satu hari.

Matt mengatakan, ada teknik tertentu yang dibutuhkan untuk membersihkan pantai.

"Kecuali jika Anda mencarinya dengan keras, Anda tak akan melihat sampah apapun," sebutnya.

Ia menyambung, "Selama kami mengunjungi pantai ini bertahun-tahun, secara perlahan-lahan, kami membersihkan sampah-sampah yang besar, dan sekarang yang tersisa adalah sampah besar yang terdampar di antara kunjungan kami, dan sampah kecil di bawah pasir."

Ini adalah tahun keempat belas di mana para relawan melakukan bersih-bersih pantai.

Sebagian besar sampah yang mereka temukan berasal dari penangkapan ikan komersial, termasuk tali; pelampung; dan potongan jarring, tetapi lebih banyak sampah plastik seperti botol minuman, telah tersapu.

"Kami menemukan gulungan pita dari Madagaskar yang berasal dari produsen biji vanili. Kami menemukan sedikit barang-barang dari Afrika yang terdampar,” ungkap Matt.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement