Ahad 22 Mar 2015 18:14 WIB

Yaman Terancam Perang Saudara

Anggota milisi Houthi berjaga-jaga di sekitar lokasi pemboman bunuh diri di Masjid Al Hashahush, Sana'a, Yaman, Jumat (20/3).
Foto: EPA/Yahya Arhab
Anggota milisi Houthi berjaga-jaga di sekitar lokasi pemboman bunuh diri di Masjid Al Hashahush, Sana'a, Yaman, Jumat (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, ADEN-- Amerika Serikat mengevakuasi seluruh staf di kedutaan besar Yaman karena kestabilan di negara tersebut kini terancam akibat perseteruan antara kubu pemerintah dengan gerilyawan yang berpotensi berujung pada perang saudara.

"Karena situasi yang terus memburuk di Yaman, pemerintah Amerika Serikat untuk sementara memindahkan staf yang berada di Yaman," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Jeff Rathke dalam pernyataan tertulis.

Evakuasi itu dilakukan setelah sejumlah bom bunuh diri, yang menewaskan 142 orang, meledak di Sanaa pada Jumat. Kelompok garis keras Daulah Islam, atau lebih dikenal dengan nama ISIS, mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Kelompok Daulah Islam nampak memanfaatkan situasi perpecahan yang melanda negara miskin itu. Wilayah utara Yaman kini dikuasai oleh gerilyawan Houthi yang punya jaringan kuat di Iran. Sementara di selatan, kelompok pendukung Presiden Abedrabbo Mansour Hadi masih mendominasi.

Baru-baru ini, Presiden Hadi meminta Dewan Keamanan PBB untuk segera mengintervensi Yaman demi memulihkan keamanan. Sebagai tanggapan, Dewan Keamanan akan menggelar rapat darurat pada Ahad.

Dalam suratnya kepada Dewan Keamanan, Hadi mengecam aksi kejahatan yang dilakukan milisi Houthi dengan sekutunya dan menyatakan bahwa mereka tidak hanya mengancam keamanan Yaman namun juga perdamaian kawasan dan internasional.

"Saya meminta Anda untuk segera mengintervensi dengan segala cara untuk menghentikan agresi yang ditujukan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah," kata dia.

Yaman sendiri telah berulang kali dilanda rangkaian kekerasan setelah mundurnya Ali Abdullah Saleh pada awal 2012 lalu. Kini, mereka terancam jatuh pada perang saudara antara Houthi dengan penganut Sunni ditambah Alqaidah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement