REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Sebuah bioskop terbuka di Adelaide terpaksa membatalkan rencana pemutaran film Fifty Shades of Grey menyusul protes yang disampaikan oleh pelobi umat Kristen di Australia.
Meski acara itu dibatalkan, namun pemutaran film yang diagendakan akan diputar Kamis (25/3) besok akan tetap dilangsungkan lantaran menurut panitia acara itu sudah sangat terlambat untuk dibatalkan.
Organisasi pelobi dari umat Kristen Australia khawatir film mengenai hubungan sadomasokis itu akan ditonton oleh anak-anak yang berada diluar bioskop.
Matt Watson dari organisasi Openair di Glenelg mengatakan protes pemutaran film Fifty Shades of Grey ini baru disiarkan media hari ini karenanya panitia tidak sempat mengubah event yang akan diselenggarakan pekan ini.
"Kami sebenarnya cukup terkejut karena baru mendengar protes pemutaran film tersebut pagi ini," kata Watson baru-baru ini.
"Tidak ada orang yang menghubungi kami secara langsung maupun dewan kota Holdfast Bay yang memprotes event ini dan sekarang acara pemutaran film itu tinggal dua hari lagi, jadi sangat disayangkan sudah sangat terlambat untuk dibatalkan," katanya lagi.
MA 15+ merupakan kategori film yang mengandung materi kuat dan secara hukum dibatasi hanya boleh ditonton oleh pemirsa berusia 15 tahun ke atas. Film kategori ini dapat memuat unsur yang diklasifikasikan seperti adegan seks dan penggunaan narkoba yang memiliki dampak yang kuat.
Direktur Lobi Umat Kristen Australia, Lyle Shelton mengatakan iklan dari film itu cenderung mengagung-agungkan kekerasan seksual sebagai perilaku yang bisa diterima,"
"Pesan dari film ini cukup buruk, belum lagi potensi bagi anak-anak atau anak-anak muda yang kebetulan melintas dan melihat adegan-adegan kekerasan terhadap perempuan," katanya.
Watson mengatakan waktu pemutaran film sudah dimundurkan dan pemutaran kedua juga telah diganti dengan film lain yang lebih pantas, film Grease-Sing along yang juga cukup populer.
Sejumlah film yang masuk kategori MA15 sebelumnya juga pernah diputar di bioskop itu pada tahun ini dan tidak pernah menuai protes.
Watson mengatakan bioskop terbukanya tidak memutar film yang masuk kategori film biru dan berusaha untuk memutar film yang beragam.
"Kami mencoba untuk menghadirkan program yang beragam, kami memiliki malam pemutaran film untuk keluarga dan juga malam pemutaran film dewasa," katanya.
"Tapi kami juga memiliki program pemutaran film yang diseleksi khusus oleh dewan kami sebelum diputarkan,"
Watson menyimpulkan pemutaran film Fifty Shades of Grey menarik perhatian luas karena reputasi dari buku tersebut.
"Film itu sendiri masuk kategori MA15 oleh dewan film, ini merupakan salah satu film yang sangat populer tahun ini dan menjadi box offoce dan itu sebabnya kami memasukan film itu dalam program pemutaran film di bioskop terbuka kami," katanya.
"Banyak orang mau menonton film itu dan bahkan tiketnya nyaris habis terjual jadi memang film itu sangat populer dan kami senang bisa memutaranya,"
Watson sendiri mengaku memahami kekhawatiran adegan dalam film itu akan ditonton atau didengar anak-anak diluar kawasan bioskop terbukanya namun menurutnya masalah tersebut sudah mereka antisipasi antara lain dengan memasang papan setinggi 2 meter dan tambahan beberapa panel pagar untuk menutupi layar agar tidak bisa terlihat dari luar kawasan bioskop terbuka itu.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement