Selasa 24 Mar 2015 17:23 WIB

Korut Tolak Minta Maaf Atas Tenggelamnya Kapal Perang Korsel

Salah satu kapal perang Korea Selatan dalam latihan anti-kapal selam di lepas pantai barat.
Foto: AP
Salah satu kapal perang Korea Selatan dalam latihan anti-kapal selam di lepas pantai barat.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL-- Korea Utara (Korut), Selasa, menolak meminta maaf atas tenggelamnya kapal perang Korea Selatan (Korsel) jenis korvet Cheonan pada 2010 dan meminta Seoul menghapuskan hukuman kepada Pyongyang akibat tudingan tersebut.

"Korea Selatan harus paham bahwa desakan meminta maaf dan mengungkapkan penyesalan sebagai syarat untuk membatalkan hukuman tidak akan pernah kami penuhi," kata juru bicara departemen kebijakan NDC seperti diberitakan kantor berita Korut, KCNA.

Menjelang peringatan kelima tenggelamnya Cheonan, badan militer Korea Utara Komisi Pertahanan nasional (NDC) juga meminta Korsel segera mengakhiri embargo perdagangan, karena -menurut mereka- keputusan tersebut didasarkan atas cerita rekaan dan tidak masuk akal, yang mengaitkan Korut dengan tenggelamnya kapal itu.

Menurut juru bicara NDC itu, permintaan maaf sama dengan merendahkan harga diri Korut. Beberapa politisi dan pemimpin bisnis Korsel berpengaruh juga telah meminta sanksi yang diberikan pada 24 Mei tersebut dibatalkan, namun pemerintahan Presiden Park Geun-Hye menolak kecuali ada permintaan maaf yang tulus.

Kapal Cheonan tenggelam pada 26 Maret di Laut Kuning, perbatasan Korea utara dan Selatan, dimana saat itu kapal korvet tersebut membawa 104 personel, dan menewaskan 46 orang. Hasil penyelidikan oleh pihak Korsel yang melibatkan peneliti internasional menyimpulkan kapal tersebut tenggelam akibat tembakan torpedo kapal selam Korut.

Akibat kejadian itu, Korea Selatan menerapkan langkah 24 Maret kepada Korut, menandai dimulainya embargo perdagangan terhadap Pyongyang yang bertahan hingga saat ini. Pada 2013, pemimpin sayap kiri Korsel Chung ji-Young sempat membuat dokumenter tentang tenggelamnya Cheonan, berjudul Project Cheonan.

Film tersebut kemudian membangkitkan debat panjang terkait penyebab kapal itu tenggelam, termasuk apakah Cheonan menghantam karam atau bertabrakan dengan kapal selam tidak dikenal. Peristiwa Cheonan dan embargo perdagangan dari Korsel kemudia memicu meningkatnya ketegangan di perbatasan.

Pada 2010, Korut dan Korsel terlibat baku tembak di pulau perbatasan, dan menewaskan empat orang termasuk dua warga sipil.

sumber : Antara

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement