Rabu 25 Mar 2015 19:16 WIB

Laju Pertumbuhan Penduduk Australia Tertinggi diantara Negara-negara Maju

Red:
 Populasi penduduk Australia diperkirakan akan mencapai 40 juta jiwa pada pertengahan abad ini.
Foto: AAP
Populasi penduduk Australia diperkirakan akan mencapai 40 juta jiwa pada pertengahan abad ini.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pertumbuhan populasi penduduk Australia merupakan salah satu yang tercepat di kalangan negara-negara maju. Namun laporan terbaru memperingatkan pertumbuhan ini ternyata tidak diimbangi dengan belanja infrastruktur yang memadai.

Dr Richard Denniss dari Institut Australia (TAI), yang dipublikasikan kajian ini mengatakan tahun lalu saja populasi penduduk Australia bertambah 400 ribu orang. Angka ini menunjukan tingkat laju pertumbuhan penduduk Australia ternyata jauh lebih cepat dari prakiraan sebelumnya.
 
"Kita membangun kota sebesar Canberra setiap tahunnya, laporan kami menunjukan pertumbuhan jumlah penduduk jauh lebih cepat dari yang diperkirakan orang," ujarnya baru-baru ini.
 
Penduduk Australia diperkirakan akan mencapai  24 juta jiwa pada akhir tahun ini. Seiring dengan jumlah kelahiran bayi yang terus meningkat, terutama bayi dari keluarga imigran baru.
 
Bahkan, dalam 15 tahun terakhir sejak tahun tahun 2000 tercatat populasi warga pendatang di Australia telah meningkat sebesar 2,75 juta orang. Angka ini melebihi jumlah total pendatang selama tahun 1950-an, 60-an dan 70-an yang hanya mencapai  2,54 juta.
 
"Saya sangat terkejut melihat tingginya angka pertumbuhan penduduk Australia dibandingkan rata-rata negara maju lainnya berdasarkan laporan OECD ini, " kata Bernard Salt.
 
"Kemajuan yang diraih Australia membuat banyak orang yang ingin tinggal di Australia, dan kenyataannya tingkat tertinggi migrasi ke Australia terjadi tahun 2009, tahun setelah terjadi krisis keuangan global dimana Australia menerima 300.000 migran.
 
"Jadi rata-rata pertumbuhan warga pendatang di Australia dalam jangka panjang mencapai 100.000."
 
Pendatang asal Cina dan India mulai mengejar ketinggalan dengan warga Inggris dalam mendominasi warga pendatang, demikian juga warga pendatang dari Filipina yang mulain banyak juga yang bermigrasi ke Australia.
 
Sementara, sebaliknya warga asal Selandia Baru justru banyak yang meninggalkan Australia. Mereka tampaknya tertarik untuk pulang demi memperkuat negara mereka.
 
Pertumbuhan populasi penduduk Australia yang tinggi ini tampaknya tidak diimbangi oleh tingkat pertumbuhan infrastruktur. Akibatnya di kawasan yang pada penduduk banyak warga kesulitan mendapatkan tempat tinggal yang terjangkau.
 
Contohnya di pinggiran kota Melbourne, Melton yang setiap pekannya menarik 33 keluarga baru yang pindah ke kawasan ini, lantaran harga sewa rumah diarea ini lebih murah $200,000 dibandingkan kota lain yang lebih dekat dengan pusat kota Melbourne.
 
Sejauh ini infrastruktur di Kota Melton masih bisa diatasi oleh para pendatang baru tersebut. Tapi tidak demikian halnya dengan kota-kota lain dibanyak kawasan di Australia tuntutan sarana dan prasarana transportasi, pendidikan, kesehatan dan layanan publik lainnya tidak mampu memenuhi kebutuhan warga.
 
Institut Australia menantang para pemimpin untuk mengambil sikap terkait pertumbuhan populasi di Australia.
 
"Setiap satu penduduk baru merupakan pembayar pajak baru, itu bagus untuk anggaran pemerintah di satu sisi. Tapi disisi lain setiao warga negara yang baru juga orang yang layak mendapatkan kualitas pelayanan yang sama. Jadi jelas kita tidak ingin terus menambah jumlah penduduk sementara fasilitas rumah sakit atau kereta yang ada tetap sama,"
 
Dengan tingkat pertumbuhan penduduk seperti sekarang ini yang oleh TAI diperkirakan mencapai 4 juta orang dalam satu dekade terakhir, maka pada pertengahan abad ini populasi penduduk Australia akan mencapai 40 juta orang.
 
Tingkat pertumbuhan penduduk ini diperkirakan tidak akan menunjukan pelambatan, karenanya krisis infrastruktur dan layanan sepertinya tidak dapat dihindari. Karenanya Bernard Salt mendesak dilakukannya perubahan paradigma dalam perencanaan tata kota di Australia.
 
"Apakah kita perlu bandara baru, bendungan? jalur khusus motor? jalan Tol? bagaimana kita mendanai pembangunan fasilitas itu? bagaimana kita mengorganisir kota Sydney atau Melbourne  dengan 7 juta orang ?" kata Salt.
 
Dr Denniss mengatakan Australia seharusnya tidak hanya berpikir tentang memperbesar kota yang sudah ada, tetapi harus mempertimbangkan untuk membangun kota-kota baru di Australia.
 
Tetapi jika rencana Australia memang hendak melipatgandakan populasi penduduknya dalam kurun waktu 50 tahun ke depan, maka menurut Denniss para politisi harus memulai perencanaan.
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement