Kamis 02 Apr 2015 17:25 WIB

Polisi Geledah Rumah Pelaku Peretasan Terbesar dalam Sejarah Australia

Red:
Abdilo meraih ketenaran setelah mengunggah secara live aksinya dalam melakukan peretasan dan mengungkapkan informasi pribadi ribuan orang.
Foto: abc news
Abdilo meraih ketenaran setelah mengunggah secara live aksinya dalam melakukan peretasan dan mengungkapkan informasi pribadi ribuan orang.

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Otoritas keamanan Australia menggeledah rumah remaja peretas komputer yang ternyata merupakan pelaku peretasan terbanyak dan terluas dalam sejarah Australia. Operasi penggerebekan dilakukan Kamis (2/2) dini hari tadi. 

Di kalangan komunitas peretas di Australia, sosoknya mungkin tidak terlalu dikenal. Namun seorang remaja dengan nama samaran di internet Abdilo ini oleh pakar keamanan teknologi digambarkan sebagai salah satu pelanggar privasi terbesar dalam sejarah Australia.
 
ABC pada Januari lalu melaporkan, Abdilo secara rutin mengungkapkan dengan bangga keberhasilannya dalam melakukan peretasan di internet - ia pernah mengklaim bertanggung jawab atas peretasan sistem komputer milik perusahaan asuransi perjalanan di Australia - Aussie Travel Cover.
 
Dia juga mengklaim bertanggung jawab telah menghack sebuah situs yang dikelola oleh Organisasi Ilmu Pengetahuan Nuklir dan Teknologi Australia ((ANSTO), situs-situs pemerintah lokal dan perguruan tinggi di Australia.
 
Pada Februari lalu ribuan mahasiswa Universitas Sydney menerima email dari dekan Fakultas Seni dan Ilmu Sosial. Isinya memberitahukan mereka karena telah terjadinya peretasan keamanan maka informasi personal mereka telah ikut diretas.
 
Jurubicara Kepolisian Federal Australia kepada ABC mengatakan penggeledahan rumah peretas remaja ini berlangsung di Queensland sebagai bagian dari penyelidikan yang masih berlangsung mengenai sejumlah insiden peretasan. Namun  demikian polisi tidak bersedia menjelaskan lebih jauh mengenai penyelidikan tersebut.
 
Dari informasi yang didapatkan ABC diketahui penggerebekan ini dilakukan terhadap Abdilo, yang di internet dikenal dengan nama samaran seperti Notavirus, Surivaton dan Grey Hat Mafia's Bitch.
 
Akun Grey Hat Mafia's Bitch milik Abdilo lah yang digunakan untuk memposting pesan ke dewan perbincangan online publik yang dikenal dengan  Hack Forums dimana dia menjabat sebagai salah satu anggota moderator.
 
"Ketika digerebek saya disodorkan UU 3LA dan diperintahkan untuk menyerahkan password saya, "tulisnya.
 
Berdasarkan Undang-Undang Kejahatan, Bagian 3LA memberikan kewenangan bagi polisi untuk mendapatkan surat perintah dari hakim pengadilan untuk memaksa tersangka memberikan password dan kunci decrypsi mereka kepada polisi.
 
Jika orang yang diperintahkan menolak, maka akan diancam hukuman maksimal dua tahun penjara.
 
Namun demikian postingan itu telah dihapus oleh akun Grey Hat Mafia's bitch.
 
Pada Kamis pagi, postingan dari Grey Hat mafia bitch mengenai penggeledahan itu telah diganti dengan string panjang dari huruf acak.
 
Abdilo merupakan sosok hacker yang terkenal  di kalangan komunitas peretas Australia. Dia mengakui dirinya bertanggung jawab atas insiden [eretasan terluas dalam sejarah Australia.
 
Dalam kasus peretasan Aussie Travel Cover, Abdilo mengklaim memiliki rincian informasi pribadi dari ratusan ribu warga.
 
Beberapa hari setelah kisah peretasan ini dipublikasikan, Abdilo tetap melanjutkan aksi peretasannya. Bahkan dalam satu kasus ia mempublikasikan secara live aksi peretasannya.
 
Sejauh ini tidak ada penyelidikan atas insiden tersebut, namun kasus ini telah dilaporkan ke pengawas privasi Australia.
 
Pada awal Maret lalu, kantor Komisaris Privasi Australia mengatakan kepada ABC "kita mempertimbangkan informasi yang diberikan Aussie Travel Cover kepada kita tentang pelanggaran data".
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement