Sabtu 04 Apr 2015 17:39 WIB

'Rakyat Malaysia Menginginkan Reformasi seperti Indonesia'

Rep: C82/ Red: Ilham
Puteri Anwar Ibrahim, Nurul Izzah Anwar (kanan).
Foto: AP/Vincent Thian
Puteri Anwar Ibrahim, Nurul Izzah Anwar (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri Anwar Ibrahim, tokoh oposisi Malaysia, Nurul Izzah mengunjungi sekretariat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) hari ini, Sabtu (4/4). Kedatangan Izzah tersebut untuk memperjuangkan demokrasi di negaranya.

Putri pertama Anwar Ibrahim tersebut mengatakan, rakyat Malaysia telah memperjuangkan demokratisasi sejak 1968. Menurut dia, rakyat Malaysia menginginkan reformasi seperti yang terjadi di Indonesia.

"Dalam 17 tahun (sejak 1998), Indonesia telah jauh ke depan (dalam demokrasi), sedangkan kami masih menunggu waktu untuk masa depan yang lebih baik," kata anggota parlemen sekaligus wakil ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR) itu.

Dia mengatakan, posisi Indonesia saat ini tidak dapat dinafikan sebagai negara terbesar di ASEAN. Indonesia juga terkenal dengan gerakan rakyatnya. "Civil movement di Indonesia juga tidak bisa dinafikan," katanya.

Izzah mengatakan, hampir 200 orang di Malaysia ditangkap sejak pemilu 2013 karena menyuarakan suara yang berbeda atau mengkritik pemerintah. Mulai dari aktivis, kartunis, awak media, mahasiswa, akademisi hingga anggota parlemen dari koalisi oposisi ditahan tanpa dasar yang jelas. Termasuk ayahnya yang dipenjara karena tuduhan melakukan sodomi. Kasus tersebut, lanjutnya, hanya merupakan salah satu kriminalisasi terhadap suara oposisi Malaysia.

"Ini bukan tentang Anwar Ibrahim. Anwar ini simbol. Kalau kita tidak bersuara memastikan hak rakyat tidak terbela, tidak ditangani maka kita akan kehilangan kesempatan Malaysia jadi negara yang demokratik, adil dan multi kultural," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement