REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Pemerintah Australia resmi menutup rumah tahanan imigrasi Bladin Point di Darwin. Kabar penutupan fasilitas itu disambut gembira kelompok yang mendukung pengungsi.
Namun Direktur Pusat Pengungsi Medi laleuca, Caz Coleman mengatakan dirinya khawatir pengungsi yang ditahan di Bladin Point akan dipindahkan ke pusat penahanan imigrasi Wickham Point yang juga ada di Darwin.
"Salah satu tantangan yang kita miliki adalah du Wickham Point ada beberapa kelompok pengungsi yang berbeda yang sekarang juga sedang ditahan di sana," katanya baru-baru ini.
"Di sana termasuk juga menahan orang yang pernah melakukan kejahatan sebelumnya, mereka telah didakwa, dan kini ditahan di Wickham karena mereka menunggu penyelesaian kasus mereka."
Bladin Point juga merupakan rumah bagi sejumlah tahanan berisiko rendah, dan 230 pengungsi yang ditahan disana, 82 orang di antaranya adalah anak-anak, telah dipindahkan ke rumah tahanan milik negara yang berada persis disebelahnya di Wickham Point yang kondisi penjagaannya lebih ketat," jelasnya.
Sementera pengungsi lainnya yang memenuhi persyaratan akan dipindahkan ke masyarakat Australia atau diberikan visa sementara. "Secara keseluruhan kami sangat senang fasilitas itu ditutup, tapi kami juga khawatir karena ada tahanan pengungsi anak-anak dan keluarga yang juga akan dirumahkan di Wickham," kata Coleman.
Pemerintah Federal mengatakan fasilitas rumah tahanan imigrasi Bladin Point ditutup karena mereka telah berhasil menghentikan kedatangan kapal pencari suaka.
Pemerintah Australia mengatakan uang pajak akan dapat dihemat hingga $18 juta setiap tahunnya untuk menyewa fasilitas itu.
Namun ikatan yang mewakili 150 penjaga dan staf lain di Bladin Point mengatakan mereka khawatir kehilangan pekerjaan.
"United Voice sangat kecewa dengan layanan yang diberikan oleh penyedia imigrasi Serco," kata juru bicara United Voice, Erina Early.
"Serco menolak untuk memitigasi potensi mereka kehilangan pekerjaan dengan menawarkan paket uang kepada pekerja di fasilitas itu yang bersedia mengundurkan diri secara sukarela."
Early mengatakan penutupan ini akan berdampak pada sektor kerja lokal dan pada akhirnya akan berdampak pada ekonomi setempat.
"Kami mendesak pemerintah NT untuk mengenali pentingnya keberadaan fasilitas itu bagi pekerjaan dan bisnis di Darwin dan memberikan bantuan dalam menekan pemerintah federal agar melakukan atau mempertahankan Pusat Penahanan Imigrasi yang tersisa di Wickham Point," katanya.
Sebanyak tiga pusat penahanan imigrasi di Darwin telah ditutup pada tahun 2014 lalu dan United Voice khawatir jika Wickham Point juga ditutup maka ada sekitar 450 staf yang akan kehilangan pekerjaan.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement