REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Sebanyak enam anjing liar asal Afrika resmi menjadi penghuni di Kebun Binatang Nasional Canberra dalam sebuah pertunjukan terbaru, yang baru-baru ini dibuka untuk umum.
Anjing-anjing liar itu diberi nama sesuai dengan bulu berbintik tak teratur yang mereka punyai, yang meliputi bercak merah, hitam, coklat, putih dan kuning. Mereka biasanya berkeliaran di dataran terbuka Sub-Sahara Afrika dan merupakan pemburu kijang bertanduk yang terampil, mengejar hingga hingga titik kelelahan.
Pengawas satwa liar di kebun binatang ini, Bec Scott, mengatakan, binatang itu berasal dari Kebun Binatang Monarto di Australia Selatan. "Mereka telah di sini selama beberapa bulan, kami memberi mereka kesempatan untuk menetap. Mereka bisa menjadi hewan yang cukup bertingkah," ujarnya baru-baru ini.
Anjing liar ini terancam punah di Afrika dengan hanya sekitar 6.000 ekor dari mereka yang tersisa di alam liar. "Mereka punya reputasi yang cukup sulit. Sudah lama dipikirkan bahwa mereka memangsa ternak sehingga penganiayaan adalah hal yang besar bagi mereka. Perusakan habitat adalah hal lainnya dan sayangnya mereka juga rentan terhadap penyakit," jelas Bec.
Anjing liar ini biasanya hidup dalam kerumunan hingga 30 hewan yang biasanya didominasi oleh sepasang monogami.
Selama ini, kerumunan anjing itu telah dikenal saling berbagi makanan dan membantu anggota yang lemah atau terluka.
"Anjing liar memiliki hirarki sosial dan sistem sosial yang luar biasa. Mereka hewan yang sangat sukses di Afrika, murni karena mereka bekerja sama, mereka mengkoordinasikan perburuan dan mereka sangat peduli terhadap satu sama lain,” utara Bec.
Ia menerangkan, "Jadi kalau ada anjing muda atau tua mereka memastikan bahwa tiap ekor mendapatkan umpan yang sama dan bahwa setiap anjing memberi kontribusi dalam berburu."
Enam anjing liar di Kebun Binatang Canberra awalnya diidentifikasi dengan sejumlah nama, termasuk Mark dan Phil, tapi sekarang mereka berubah nama menjadi Maputo, Swazi, Chobe, Togo, Mali dan Malawi.