REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sebuah video yang menangkap momen seorang perempuan Muslim menjadi objek serangan verbal rasis di dalam kereta di Sydney, telah dilihat hampir 60 ribu kali.
Video ini direkam dengan ponsel oleh Stacey Eden, 23 tahun. Dalam video itu, Stacey mengatakan kepada seorang perempuan yang lebih tua untuk menghentikan pelecehan yang dilakukannya terhadap perempuan muslim berjilbab yang tengah bersama suaminya pada saat itu.
Stacey, seorang pekerja patologi, mengatakan, kejadian itu berlangsung saat ia sedang naik kereta pulang ke wilayah Mascot di jalur bandara, sekitar pukul 1:40 siang pada Rabu (15/4).
Ia mengatakan, ia melihat sekelompok orang masuk ke kereta, khususnya seorang pria dan perempuan yang mengenakan jilbab dengan menggendong bayi.
Pada saat itu, Stacey menceritakan, seorang perempuan tua berjalan mendekat dan mulai berbicara kepada mereka.
"Saya hanya mendengarkan musik. Perempuan tua itu lalu membungkuk dan menyentuh jilbab si perempuan Muslim sementara ia berbicara,” ungkapnya.
Pelecehan verbal merujuk ke kelompok ISIS
Stacey mengatakan, ia melihat perempuan tua itu secara lisan menganiaya pasangan tersebut, yang sebenarnya tak mengatakan apa-apa.
"Perempuan di sebelah saya mengatakan hal-hal seperti 'semua orang yang sekarat karena umat Islam di dunia ini dan lihat apa yang terjadi di luar negeri’," tuturnya.
Stacey mengutarakan, perempuan tua itu melanjutkan kicauannya dengan mengatakan: ‘bacalah koran, untuk apa anda memeluk agama ini, mengapa anda memakai hal-hal seperti ini sehingga Anda bisa menikah dengan pria yang akan menikahi gadis 6 tahun?’.
"Saya langsung berkomentar 'ini tidak benar, mengapa anda mengatakan hal-hal seperti ini?'," sebutnya.
Dalam video tersebut, stacey mengatakan kepada si perempuan tua untuk meninggalkan perempuan Muslim itu.
"Ia memakai itu untuk dirinya sendiri, OK. Dia memakai itu karena ia ingin menjadi sederhana dengan tubuhnya, bukan karena orang-orang seperti Anda yang akan duduk di sana dan tidak menghormatinya," kata Stacey dalam video.
Si perempuan tua sempat terdengar menyebutkan pemenggalan, pengepungan Sydney, dan menyebut perempuan Muslim itu sebagai ‘pendukung ISIS’.
Stacey lantas mengatakan, dirinya marah dan mulai merekam kejadian tersebut.
"Ia memilih perempuan itu karena caranya berpakaian dan itulah yang benar-benar membuat saya marah," akunya.
Ia menyambung, "Perempuan yang sedang duduk di seberang saya ini memakai jilbab, ia mengurusi dirinya sendiri, ia tak mengatakan apa-apa yang kelewat batas, ia bahkan tak berbicara.”
Polisi mendorong korban pelecehan ras untuk melapor
Stacey mengatakan, ia melewatkan pemberhentiannya sendiri untuk memastikan pasangan itt merasa aman, dan ketika ia melihat mereka turun di halte Bandara Internasional, Stacey lantas turun di stasiun Wolli Creek.
"Saya benar-benar khawatir tentang apa yang bisa terjadi. Saya tinggal di kereta selama beberapa perhentian hanya untuk memastikan semuanya baik-baik saja,” ceritanya.
Suami korban, Hafeez Ahmed Bhatti, mengunggah ucapan terima kasihnya di Facebook dengan menulis: "Video ini tak saya buat sendiri. Inilah yang terjadi kepada kami di dalam sebuah kereta di Sydney, Tuhan memberkati Stacey Eden, ia mendukung kami".
Stacey mengatakan, ia merasa terdorong untuk membela karena tak ada orang lain yang melakukan sesuatu.
"Saya hanya merasa, jika tak ada satupun yang mengatakan apa-apa, ini akan terus terjadi, jadi saya harus mengatakan itu. Orang-orang seperti itu sangatlah bodoh. Mereka tak akan mendengarkan apa yang Anda katakan,” akunya.
Juru bicara polisi New South Wales mengatakan, pihak mereka akan meninjau rekaman video itu.
"Polisi NSW menyadari adanya insiden yang terjadi dalam kereta yang bepergian menuju bandara, Inner West dan jalur Selatan yang melibatkan dugaan fitnah rasial, kemarin (15/4),"kemukanya.
Sang jubir menambahkan, "Pihak transportasi kami tengah meninjau sebuah video yang diunggah secara online dalam upaya untuk mengidentifikasi pelaku yang disangkakan."
Polisi mengatakan, mereka belum menerima laporan dari tuduhan penyerangan itu dan mendorong korban untuk melapor.