Kamis 16 Apr 2015 21:01 WIB

Australia Bujuk Iran Sepakati Pemulangan Paksa Pencari Suaka

Red:
 Julie Bishop akan membahas peluang kesepakatan pemulangan paksa pencari suaka asal Iran.
Foto: Reuters
Julie Bishop akan membahas peluang kesepakatan pemulangan paksa pencari suaka asal Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Duta Besar Iran untuk Australia pesimistis Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop berhasil membujuk Teheran untuk mau menerima kembali pencari suaka asal negara tersebut.

Menteri Luar Negeri, Julie Bishop menurut rencana akan tiba di Iran besok. Dia dijadwalkan akan melakukan pertemuan bilateral untuk mendesak kesepakatan pemulangan secara paksa pencari suaka Iran yang telah gagal mendapatkan status pengungsi di Australia.
 
Kunjungan ini akan menjadi pembicaraan langsung tingkat tinggi pertama antara Australia dan Teheran dalam kurun waktu lebih dari satu dekade. Namun duta besar Iran Abdolhossein Vahaji mengindikasikan negaranya tidak mungkin setuju dengan kesepakatan ini.
 
"Kita tidak bisa memberikan tekanan apapun dan memaksakan kekuatan pada pencari suaka untuk mengirim mereka kembali ke Iran," katanya.
 
"Ini bertentangan dengan hukum dan aturan dan kita tidak bisa melakukan itu berdasarkan UU HAM,”
 
"Para pencari suaka secara umum memiliki hak untuk memutuskan dimana mereka hendak tinggal dan mereka yang juga harus memutuskan apakah mereka mau kembali ke negaranya atau ke negara lain,” kata Abdolhossein.
 
Spesialis Keamanan Internasional dan Proliferasi Nuklir, Dr Maria Rost Rublee mengatakan kesepakatan apapun antara Australia dan Iran dapat terancam jika Iran tidak mematuhi kondisi perjanjian nuklir yang diusulkan oleh kekuatan Barat.
 
Pada bulan ini, kekuatan dunia berhasil meneken persetujuan dengan Iran atas kerangka kesepakatan untuk mengekang program nuklir Iran sebagai imbalan atas pencabutan sanksi internasional terhadap Iran.
 
"Katakanlah Julie Bishop mengatakan OK, kita akan mengangkat sanksi itu minggu depan atau sesuatu seperti itu," kata Dr Rublee.
 
"Tapi jika Iran akhirnya mundur dari kesepakatan ini, maka sanksi internasional terhadap Iran akan segera diberlakukan kembali,”
 
"Jadi saya kira Julie Bishop akan berhasil mengatakan Anda harus melakukan ini. Kita ingin bekerjasama dengan Anda, seperti Anda tahu negara kita memiliki hubungan diplomatic sejak hampir 50 tahun dan kami hendak mengatakan kalau kita benar-benar bersedia berhubungan dengan Anda asal Anda menandatangani kesepakatan ini.
 
"Saya kira ini akan menjadi pesan yang sangat sukses,”
 
Misi diplomatik Bishop ini akan menjadi kunjungan pertamanya ke  Iran dari pejabat tinggi Barat sejak pejabat Amerika dan 5 negara lainnya yang mencapai kesepakatan awal dengan Teheran mengenai program nuklirnya.
 
Dr Rublee mengatakan perjalanan itu dilihat sebagai "isu besar" untuk kedua belah negara baik Australia maupun Iran.
 
"Pertama-tama, untuk Australia ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari 10 tahun, Menteri Luar Negeri Australia mengunjungi Iran. Australia akan senang dengan dibuka kembalinya hubungan perdagangan, menyusul melambatnya pertumbuhan ekonomi China, Australia akan sangat tertarik memperluas perdagangan dengan negara-negara lain, "katanya.
 
"Australia dan Iran memiliki hubungan dagang yang sangat baik dimasa lalu sebelum revolusi Iran terjadi,’
 
Dr Rublee mengatakan negara lainnya akan memperhatikan kunjungan Bishop ke Iran ini.
 
"Bagi AS dan Iran, kedua negara harus menjual isu kesepakatan nuklir ini didalam negara mereka dan itu bisa memicu masalah dikedua negara,’
 
"Jadi kedua negara akan dapat menunjukkan perjalanan warga Australia ini sebagai hal yang berpengaruh. [Barack] Obama akan mengatakan lihat, Australia terlibat dengan Iran, mereka sudah mulai menurunkan sanksi mereka. Jika kita tidak melakukan ini maka industri kita yang akan ditinggalkan. Dan itu adalah sesuatu yang dapat digunakan Obama untuk membujuk Partai Republik di Kongres - jika Australia melakukannya, kita bisa merasa nyaman dengan itu juga "
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement