Senin 20 Apr 2015 18:00 WIB

Pemimpin Houthi Tuding Arab Saudi Berencana Rebut Yaman

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Pemimpin Utama Houthi Abdel Malek.
Foto: Advance.hr
Pemimpin Utama Houthi Abdel Malek.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pemimpin Syiah Houthi Abdel Malek al-Houthi, pada Ahad (19/4), menuduh Arab Saudi berencana merebut Yaman. Houthi mengatakan, ia dan kelompoknya tak akan pernah menyerah meski serangan udara Saudi telah berlangsung selama lebih dari tiga pekan.

Aljazirah melaporkan, pemimpin kelompok pemberontak tersebut bersumpah ia tak akan pernah menyerah. Ia mengatakan, Yaman memiliki hak untuk menolak agresi dengan cara apapun. "Tujuan Saudi adalah menginvasi negara ini, pendudukan ini untuk menempatkan negara kembali di bawah kaki dan hegemoninya," kata al-Houthi.

Dalam pidatonya di televisi nasional, pemimpin Houthi tersebut berjanji untuk melakukan perlawanan tangguh dengan menggunakan segala cara dan pilihan yang tersedia. Namun ia tak menjelaskan lebih lanjut.

"Orang-orang Yaman tak akan pernah menyerah dan tak pernah ditundukkan," kata al-Houthi.

Pidato al-Houthi merupakan yang pertama sejak kampanye Saudi dimulai pada 26 Maret. Dalam pidato al-Houthi tersirat adanya tanda-tanda pemberontak yang mundur dari serangan, setelah sebelumnya mereka merebut Sanaa.

Al-Houthi selama ini menyalahkan Arab Saudi, Amerika Serikat dan Israel mendalangi kampanye melawan pasukannya. Sementara pemerintah Barat dan negara-negara Arab menuduh Houthi berada di balik konflik Yaman. Mereka juga menuduh Houthi mendapat dukungan militer dari Iran.

Pada Ahad, juru bicara koalisi Saudi yang dipimpin Ahmed Asseri mengatakan pertempuran dan serangan udara menargetkan Houthi telah melanda seluruh wilayah Yaman. Ia mengatakan setidaknya 106 serangan udara telah diluncurkan terhadap Houthi di kota-kota di Sanaa dan Sadaa. Mereka juga telah menargetkan fasilitas penyimpanan rudal balistik Houthi.

Di kota pelabuhan selatan Aden, pasukan yang setia kepada Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi kembali menguasai wilayah garis pantai yang selama ini dikuasai Houthi. Posisi mereka kini memungkinkan mereka menyerang bandara yang dikuasai pemberontak dan memotong pasokan ke pasukan anti-Hadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement