Rabu 29 Apr 2015 08:02 WIB

Jerman Mulai Terapkan Pendidikan Islam di Sekolah

Rep: C38/ Red: Ilham
Muslim Jerman (Illustrasi)
Muslim Jerman (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman sedang merumuskan sebuah pendidikan Islam untuk muslim di negara itu. Artinya, pendidikan Islam akan ditempatkan sejajar dengan pendidikan Kristen dan Yahudi. Langkah ini dilklaim untuk melawan ekstremisme.

"Pengetahuan tentang teologi Islam, filsafat, psikologi, strategi wacana, dan diskusi adalah penangkal terbaik untuk melawan ekstremisme," kata Harry Harun Behr dari Universitas Frankfurt kepada Christian Science Monitor, pekan lalu.

Behr adalah penanggung jawab terhadap pelatihan guru-guru Islam di sekolah menengah di Hessen. Dia percaya bahwa pelajaran Islam merupakan hal yang penting di sekolah-sekolah Jerman.

Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah telah mengalokasikan 20 juta euro untuk membangun empat pusat teologi Islam di negara itu. Pusat teologi itu dibangun di beberapa universitas besar.

"Menjadi bagian dari sebuah universitas terkenal di dunia, berarti Islam tidak lagi berdiri di luar," kata Omar Hamdan, seorang keturunan Palestina-Israel yang mengepalai pusat studi Islam di Tübingen University, seperti dilansir onislam.net, Rabu (29/4).

Menurut dia, kepentingan untuk memasukkan mata pelajaran Islam ke dalam kurikulum sekolah dan universitas telah meningkat di Jerman. Hal itu terjadi setelah adanya beberapa serangan yang dilakukan oleh kelompok ekstremis yang mengatasnamakan Islam. "(Sekarang) Kami (pelajaran Islam) berdiri sejajar dengan sekolah-sekolah teologi lain," lanjutnya.

Pendidikan Islam bertujuan untuk menghilangkan kesalahpahaman terhadap ajaran Islam. Apalagi, ratusan pemuda Eropa telah bergabung dengan kelompok ISIL di luar negeri.

Jerman memiliki jumlah penduduk Muslim terbesar kedua di Eropa setelah Perancis. Islam juga merupakan agama terbesar ketiga di Jerman setelah Protestan dan Kristen Katolik.

Jerman diyakini menjadi rumah bagi hampir 4 juta Muslim, termasuk 220 ribu Muslim di Berlin. Sekitar dua pertiga di antaranya adalah warganegara atau keturunan Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement