REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi sedang mempertimbangkan untuk menghentikan sementara serangan-serangan udara oleh koalisi terhadap para pemberontak di Yaman. Ini guna memberi kesempatan bagi upaya penyaluran berbagai bantuan, kata Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir, Senin (4/5).
"Kerajaan Arab itu akan berkonsultasi dengan para anggota koalisi menyangkut wilayah-wilayah tertentu di Yaman, dan tempat semua serangan udara akan dihentikan sejenak pada wakatu-waktu yang ditentukan agar bantuan bisa disalurkan," kata Jubeir dalam sebuah pernyataan.
Koalisi pimpinan Saudi yang terdiri dari negara-negara Arab Sunni itu pada akhir Maret mulai melancarkan serangan-serangan udara di Yaman terhadap kelompok pemberontak Huthi Syiah. Serangan dilancarkan setelah kelompok tersebut merebut kendali di banyak wilayah negara itu, termasuk ibu kota negara, Sanaa.
Presiden Abedrabbo Mansour Hadi lari dari Yaman ketika para pemberontak memasuki tempatnya mengamankan diri di Aden dan pasukan antipemerintah telah menolak untuk menyerahkan wilayah ataupun meletakkan senjata kendati adanya tekanan internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah berulang kali memperingatkan bahwa Yaman yang dilanda kemiskinan itu menghadapi krisis kemanusiaan parah.
Desakan-desakan muncul bagi ditingkatkannya upaya untuk meningkatkan penyaluran bantuan. Jubeir mengatakan Arab Saudi "berencana untuk membentuk sebuah pusat di wilayahnya untuk mengkoordinasikan seluruh upaya bantuan kemanusiaan" bersama PBB, para donor serta badan-badan terkait lainnya.
Ia memperingatkan para pemberontak agar tidak mengambil keuntungan dari adanya jeda pemboman. Arab Saudi akan menangani pelanggaran apapun terkait penangguhan serangan udara ataupun gerakan-gerakan yang menghalangi upaya-upaya kemanusiaan.