Rabu 06 May 2015 19:48 WIB

Balon Raksasa NASA Jatuh di Peternakan Australia

Red:
 Bagian dari proyek balon raksasa NASA yang jatuh di peternakan Australia.
Foto: Audience submitted
Bagian dari proyek balon raksasa NASA yang jatuh di peternakan Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Proyek balon udara raksasa milik NASA yang diluncurkan akhir Maret lalu di Selandia Baru dihentikan pekan lalu karena alasan keamanan. Penghentian itu dilakukan menyusul bagian-bagian dari proyek tersebut jatuh di daerah peternakan di Australia.

Balon udara tersebut berukuran sebesar lapangan bola diluncurkan dari Bandara Wanaka di Selandia Baru. NASA menghentikan proyek ini setelah adanya kebocoran pekan lalu.

Tim NASA dikerahkan ke lokasi jatuhnya balin itu di dekat perbatasan Queensland dan New South Wales. Dalam pernyataannya NASA menyebutkan balon berbentuk labu itu dibuat dari bahan seukuran lapangan bola.

Kepala Program Balon Udara NASA Debbie Fairbrother mengatakan, balon tersebut sempat mengudara selama 32 hari, paling lama dalam ujicoba serupa yang pernah dilakukan.

"Balon itu telah mencapai apa yang belum dicapai balon raksasa lainnya, yaitu mampu terbang pada ketinggian yang sama untuk waktu yang lama," jelasnya baru-baru ini.

Para petugas NASA akan meneliti penyebab kebocoran untuk perbaikan bagi proyek serupa di masa depan. Bagian balon yang jatuh di peternakan Australia itu ditemukan peternak setempat. Salah seorang di antaranya, Marianne McCarthy, mengatakan ada kotak putih ukuran besar dan kamera.

"Sekitar 300 meter dari situ ada benda mirip parasut dengan kabel-kabelnya," jelasnya.

McCarthy mengatakan banyak warga yang penasaran saat melihat balon seukuran stadion bola terbang rendah di daerah itu. Ia sendiri mengaku baru melihatnya setelah balon itu jatuh.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement