REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Jumlah pemuda yang tinggal di jalanan di Queensland terus meningkat. Belitan utang dan kasus hukum membuat mereka sulit mendapatkan rumah tempat tinggal dan juga pekerjaan. Sehingga mereka tidak punya pilihan kecuali tidur di jalanan.
Laporan Layanan Pemuda di Brisbane menunjukan saat ini jumlah pemuda yang membutuhkan perumahan lebih tinggi dari sebelumnya, karena banyak diantara mereka terlibat utang, dugaan kejahatan dan masalah hukum keluarga.
Pekerja sosial, Adam Barnes mengatakan banyak dari anak-anak muda tersebut tidak menyadari kalau mereka membutuhkan bantuan hukum.
"Banyak dari mereka yang kami lihat punya banyak masalah dibandingkan dari yang mereka sadari,” katanya baru-baru ini.
"Masalah ini benar-benar menghalangi mereka untuk keluar dari statusnya sebagai tunawisma.
"Jika kita bisa mengatasi beberapa masalah-masalah hukum yang kadang mereka tidak tahu dari mana harus memulai untuk menyelesaikannya, kita benar-benar dapat membantu mereka menyusun masa depannya,”
"Hutang merupakan masalah nomor satu mereka, diikuti tuntutan pidana dan masalah hukum juga.
Pengacara pada
Klinik Bantuan Hukum untuk Tunawisma Queensland membangun pemeriksaan masalah kesehatan hukum untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi banyak orang-orang muda.
Pemeriksaan kesehatan hukum ini merupakan alat bagi pekerja sosial untuk mengarahkan anak-anak muda itu untuk mendapatkan bantuan yang tepat.
Manajer pengacara pada klinik itu, Cameron Lavery, mengatakan anak muda itu kerap menolak untuk bertanya pada kuasa hukum.
"Jika kita bertanya “apakah Anda perlu bantuan pengacara?’ mereka akan berkata ‘Tidak, saya tidak perlu, tapi jika saya tanya apakah ada orang yang menagih utang dan apakah Anda perlu ke pengadilan?’ya, saya sebenarnya perlu,” katanya.
"Itulah mengapa dengan adanya program pemeriksaan kesehatan hukum ini kita bisa langsung mereka ke klinik hukum,”katanya.
"Jika Anda tidak menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi, mereka akan semakin terperosok dan kondisi mereka akan semakin buruk,” katanya.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).