REPUBLIKA.CO.ID, YAMAN -- Mantan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, untuk pertama kali telah secara resmi mengumumkan aliansinya dengan pejuang Houthi. Langkah ini diambil setelah koalisi Arab meluncurkan dua serangan udara di rumahnya di ibukota Yaman, Sanaa.
Saleh, yang terpaksa mundur pada 2012 setelah gelombang protes nasional menolak aturan tiga dekadenya, lolos tanpa cedera dalam serangan awal pada Ahad (10/5) kemarin. Dia tidak berada di rumah selama pemboman yang menewaskan tiga penjaga dan menghancurkan tiga bangunan itu.
Dilansir dari Al Jazeera pada Senin (11/5), mantan Presiden Yaman ini kemudian menantang koalisi Arab. Ia memperingatkan koalisi untuk terus membawa senjata, siap untuk mengorbankan hidup dalam pertahanan menghadapi serangan-serangan pemberontak.
"Saya bisa menggambarkan agresi ini sebagai tindakan pengecut. Jika Anda cukup berani, datang dan kita hadapi di medan perang. Pemboman oleh roket dan pesawat tempur tidak akan memungkinkan Anda untuk mencapai tujuan," lanjutnya.
Mantan presiden Yaman ini juga mencela sikap koalisi Arab yang telah melarikan diri dari serangan di rumahnya, sementara Houthi merespon positif rencana gencatan senjata. Sebelumnya, para pejuang Houthi telah merilis sebuah pernyataan yang menandakan kesepakatan mereka untuk menerima gencatan senjata selama lima hari yang diusulkan oleh Arab Saudi.