REPUBLIKA.CO.ID, SUDAN -- Konflik di Sudan masih terus berlanjut setelah satu tahun. Hingga saat ini PBB menyebutkan 300 ribu orang di Sudan Selatan kehilangan akses bantuan keselamatan jiwa setelah para relawan terpaksa menarik diri dari kota Leer.
Penarikan diri para relawan ini mengikuti lonjakan bentrokan yang melibatkan kelompok milisi dan pasukan pemerintah. PBB melaporkan bentrokan ini telah memaksa 100 ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Seperti dilansir dari VOA News, Selasa (12/5), PBB mengatakan semua organisasi non-pemerintah dan badan-badan PBB telah mengevakuasi para staf mereka dari Leer dan beberapa lokasi lain di negara bagian.
Kelompok-kelompok bantuan termasuk Komite Internasional Palang Merah dan Doctors Without Borders juga mengumumkan, Sabtu (9/5), untuk menangguhkan operasi di rumah sakit akibat bentrokan yang semakin memanas. Fasilitas rumah sakit ini sebelumnya juga pernah dibakar dan dijarah pada Januari 2014.
Koordinator kemanusiaan PBB untuk Sudan Selatan Toby Lanzer memperingatkan dalam sebuah pernyataan kekerasan datang pada saat stok pangan habis. Dia mengimbau para relawan tetap melanjutkan pekerjaan mereka demi masyarakat Sudan.
Sudan Selatan terjebak dalam konflik antara tentara pendukung Presiden Salva Kiir dan milisi yang mendukung mantan Wakil Presiden Riek Machar dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.
Perang ini telah menyebabkan lebih dari satu juta warga Sudan Selatan meninggal. Mereka banyak bergantung pada bantuan makanan dari asing.