Kamis 14 May 2015 00:31 WIB

Gencatan Senjata Yaman: Penuhi Segera Pangan dan Obat-obatan

Rep: c37/ Red: Taufik Rachman
 Ledakan bom setelah serangan udara terhadap gudang persenjataan di kota Sanaa, Yaman, Senin (20/4).
Foto: Reuters/Khaled Abdullah
Ledakan bom setelah serangan udara terhadap gudang persenjataan di kota Sanaa, Yaman, Senin (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Gencatan senjata kemanusiaan yang akan berlangsung selama lima hari di Yaman akan menjadi "penyelamat" bagi warga sipil yang terperangkap di zona konflik, menurut badan-badan bantuan kemanusiaan seperti dilansir dari Reuters pada Rabu (13/5).

Menurut Komite Internasional Palang Merah (ICRC), bahan bakar, obat-obatan, makanan dan perlengkapan bedah untuk terluka adalah prioritas yang paling mendesak.

"Sampai sekarang belum ada istirahat sama sekali dalam pertempuran, orang-orang Yaman butuh waktu istirahat," kata Sitara Jabeen, juru bicara ICRC untuk Timur Tengah.

Jabeen Thomson dari Reuters Foundation menyebutkan, landasan pacu di Bandara Sanaa, yang dibom bulan lalu oleh koalisi pimpinan Arab Saudi, harus segera diperbaiki untuk memungkinkan pesawat kargo besar membawa staf kemanusiaan dan pasokan bantuan agar bisa mendarat di ibukota.

"Perekonomian lokal runtuh dan persediaan kebutuhan mereka perlu diisi ulang ... lima hari perdamaian akan garis hidup," kata Jabeen Thomson dari Reuters Foundation.

Sebelumnya, kelompok dominan Yaman, Houthi, menerima gencatan senjata yang diusulkan oleh musuh, Arab Saudi, pada hari Minggu. Gencatan senjata tersebut tampaknya akan tertahan cukup lama setelah lebih dari enam minggu pertempuran yang intens.

Didukung oleh Amerika Serikat, koalisi Arab yang dipimpin telah melakukan serangan udara terhadap Houthi dan unit tentara yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh sejak 26 Maret dengan tujuan memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Konflik telah mendorong negara miskin ini menjadi bencana kemanusiaan, yang melukai dan membunuh ratusan warga sipil, memaksa ratusan ribu warga meninggalkan rumah mereka, dan mengekspos lebih banyak penyakit dan kekurangan gizi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement