REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Setiap tahun lebih dari 1.000 orang melamar untuk menjadi pilot pesawat tempur Angkatan Udara Australia (RAAF). Namun, hanya lima orang yang akan dilipih untuk mengikuti pelatihan ketat sebelum diterjunkan ke medan tugas.
Untuk saat ini, dari lima calon pilot pesawat tempur tersebut, tinggal empat yang tersisa yaitu seorang pilot pesawat sipil Qantas, seorang bekas tentara Angkatan Darat Australia, seorang warga asal Melbourne dan warga asal Australia Barat.
"Ini merupakan mimpi mereka," ujar Komandan Skuadron Grant Taylor saat ditemui ABC di Pangkalan RAAF di Darwin. Saat itu para calon pilot itu sedang melakukan persiapan takeoff.
Dia menjelaskan lebih dari 1.000 orang melamar untuk jadi pilot pesawat tempur setiap tahunnya. Namun yang lolos seleksi hanya 20 orang yang kemudian dipilih menjadi lima calon saja.
Kini seorang telah mengundurkan diri, sementara wisuda mereka masih 18 bulan lagi.
Menurut Taylor, setelah lulus keempat pilot itu akan diterjunkan ke Irak sebagai pilot pesawat F/A-18 Hornets.
"Keempat taruna ini akan segera telibat aksi nyata di medan perang dalam 18 hingga 24 bulan mendatang," jelas Taylor baru-baru ini.
Saat ini mereka memang hanya ditraining dengan pesawat latih jenis Hawk yang memiliki sistem dual control dengan pelatih yang setiap saat siap mengambilalih kendali jika terjadi apa-apa.
Keempat calon pilot tersebut kini diasramakan dan digabung ke dalam satu skuadron berjumlah 79 prajurit RAAF.
Menurut Taylor, para calon penerbang ini telah berkorban banyak untuk sampai ke tahap sekarang. "Namun tentunya mereka masih harus lebih banyak berkorban lagi untuk menjadi pilot pesawat tempur," katanya.
Keempat calon penerbang sebenarnya berbasis di Pangkalan Udara RAAF di Perth. Dua pekan lalu, mereka diterbangkan ke Northern Territory dan diterjunkan dalam Operasi Northern Phoenix.
Grant Taylor,, salah seorang komandan skuadron pada AU Australia.
Selama di pangkalan ini mereka dilatih berbagai keterampilan termasuk formasi terbang dengan jarak antarpesawat cuma tiga meter. Pesawat tempur yang digunakan memiliki kecepatan hingga 1.500 km/jam.
Tahap berikutnya para calon penerbang akan dipindahkan ke Pangkalan RAAF di New South Wales.
"Mereka membangun kedekatan satu sama lain. Mereka harus saling mengenal secara dekat satu sama lain, untuk mengetahui bagaimana rekannya bereaksi di bawah tekanan tinggi,' jelas Taylor lagi.
Saat ini RAAF memiliki sekitar 700 pilot namun kurang dari 100 di antara mereka yang merupakan pilot jet tempur.