REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pemberontak Sudan Selatan mengklaim telah merebut satu kilang minyak di dekat ladang minyak utama di Negara Bagian Upper Nile, Selasa (19/5). Mereka pn menutut semua perusahaan minyak menghentikan operasi mereka serta mengungsikan staf.
"Pasukan kami masih memerangi pasukan pemerintah di daerah tersebut, tempat ladang minyak Paloch berada, yang terbesar di Negara Bagian Upper Nile," kata James Gatdet, Juru Bicara bagi pemberontak Sudan Selatan, yang dipimpin mantan wakil presiden Riek Machar, seperti disadur dari Xinhua, Selasa (19/5).
"Kami," kata dia melanjutkan, "mendesak perusahaan minyak yang beroperasi di daerah itu agar menghentikan kegiatan mereka dan mengungsikan staf mereka demi keselamatan mereka. Ini adalah masalah mendesak."
Kilang minyak yang direbut itu berada sekitar 10 kilometer dari ladang minyak utama Paloch di Negara Bagian Upper Nile. Sejumlah perusahaan-minyak asing beroperasi di industri minyak di Sudan Selatan termasuk China National Petroleum Corporation (CNPC), ONGC Videsh Ltd, India, dan Petronas, Malaysia.
Sudan Selatan, yang merdeka pada 2011, terjerumus ke dalam kerusuhan pada Desember 2013, ketika pertempuran meletus antara tentara yang setia kepada Presiden Salva Kiir dan pembelot yang dipimpin mantan wakil presiden Riek Machar. Konflik itu segera berubah menjadi perang habis-habisan, dan kerusuhan berubah menjadi bersifat suku --yang menghadapkan suku Presiden Kiir, Dinka, dengan kelompok etnik Machar, Nuer.
Bentrokan telah membuat ribuan orang Sudan Selatan tewas dan memaksa sebanyak 1,9 juta orang lagi meninggalkan rumah mereka.