REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Iran tidak akan menerima tuntutan tidak masuk akal p5+1 atas nuklir yang dimilikinya, Rabu (20/5). Khamenei menolak ilmuwan nuklir diwawancara.
"Kami tidak akan pernah menyerah terhadap tekanan dan tuntutan yang tidak masuk akal, kami juga tidak akan memberikan akses untuk ilmuwan nuklir," ujar Khamenei.
Dia tidak akan membiarkan mereka melanggar privasi ilmuwan nuklir. Pengawasan nuklir Iran sangat luar biasa bahkan memeriksa situs militer.
Badan Energi Atom Internasional PBB (IAEA) berusaha untuk menyelidiki tuduhan barat bahwa Iran telah merancang hulu ledak nuklir. Namun IAEA mengeluh selama ini akses terhadap situs, peralatan, dokumen dan orang-orang sulit untuk mengaksesnya.
Menurut Khamenei mereka sama saja melakukan interogasi karena mewawancarai ilmuwan nuklir. "Aku tidak akan membiarkan orang asing berbicara dengan para ilmuwan dan menginterogasi anak-anak yang memberikan pengetahuan nuklir,"ujar dia.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan akan menjadi masalah jika pihaknya tidak mendapatkan akses situs militer dan kegiatan nuklir. Padahal pihaknya dan Iran telah sepakat akan mempelajari pekerjaan nuklir di masa lalu mencakup akses situs militer.
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengatakan negosiasi terakhir harus membahas kesepakatan yang belum terjadi sebelumnya. Fabius juga menginginkan agar Iran memberikan transparansi kegiatan militer sebagai bagian dari kesepakatan.