Selasa 02 Jun 2015 18:56 WIB

Myanmar Dorong Ratusan Migran ke Perairan Bangladesh

Rep: C07/ Red: Winda Destiana Putri
Pengungsi Rohingya
Foto: Youtube
Pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Angkatan Laut Myanmar mengusir perahu kayu berisi 727 migran yang terdampar dengan menggiringnya ke perairan Bangladesh, sekitar empat hari setelah menghentikannya di Laut Andaman.

Pemerintah mengatakan penumpang kapal terdiri atas 608 pria, 74 perempuan, dan 45 anak-anak. Menteri Penerangan Myanmar Ye Htut mengatakan, migran itu ditemukan hanyut di Laut Andaman di dalam perahu nelayan yang sedang mengambil air pada Jumat (29/5) lalu. Menurut Ye Htut para migran lebih ingin ke Bangladesh daripada Myanmar sehingga Angkatan Laut Myanmar membantu mereka.

"Angkatan Laut Myanmar menemani mereka ke perairan Bangladesh. Mereka menyediakan air, makanan dan hal lain," kata Ye Htut dilansir dari Reuters, Selasa (2/6).

Ia menegaskan, diarahkannya para migran ke perairan Bangladesh lantaran permintaan dan keinginan para migran. Sehingga pemerintah Myanmar membantu mereka untuk bisa sampai ke Bangladesh. Ia menyebutkan para pendatang tersebut adalah "Bengali".

Seorang petugas angkatan laut yang menolak disebutkan namanya mengatakan pada hari Ahad lalu beberapa migran yang ada di dalam kapal bisa berbicara dialek yang digunakan di negara bagian Rakhine, tetapi tidak banyak digunakan di Bangladesh.

Para migran yang disebut "Bengali", adalah mereka yang berasal dari Bangladesh dan Rohingya. Mereka adalah minoritas Muslim dengan jumlah sekitar 1,1 juta dan tinggal di negara bagian Rakhine Myanmar.

Myanmar menolak untuk menyebut mereka dengan nama Rohingya dan menegaskan sebagian besar migran Bangladesh ilegal. Rohingya Eksodus adalah masalah sensitif bagi Myanmar, yang berada di bawah tekanan internasional untuk memberikan kewarganegaraan kepada Rohingya.

Presiden AS Barack Obama, pada Senin juga mengatakan Myanmar harus segera mengakhiri diskriminasi terhadap Rohingya agar demokrasi segera tercipta. "Salah satu hal terpenting adalah mengakhiri diskriminasi terhadap rakyat," ujar Obama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement