Sekolah-sekolah di Australia mempertimbangkan untuk melarang murid-murid mengacungkan tangan saat pelajaran di kelas, suatu pendekatan baru yang lebih memihak semua siswa, bukan hanya mereka yang memang pintar.
Model ini merupakan gagasan pakar pendidikan Inggris Dr Dylan William yang sebenarnya telah diterapkan di sejumlah sekolah di Eropa.
Dr William belum lama ini mengunjungi Melbourne untuk menjual gagasannya, termasuk di SMA Frankston High School.
Murid-murid akan dilarang mengacungkan tangan saat pelajaran.
Menurut Kepala Sekolah SMA Frankston, John Albiston, sejumlah guru di sekolahnya sebenarnya sudah menerapkan model tersebut.
"Murid-murid yang paling sering mengacungkan tangan, adalah murid yang sama, yaitu yang memang lebih terbuka orangnya," kata Albiston.
"Namun lebih separuh isi kelas tidak pernah mengacungkan tangan. Jadi mereka merupakan siswa yang kurang percaya diri untuk turut berbicara dalam suatu diskusi di kelas misalnya," papar Albiston.
Sebagai gantinya, kata dia, guru-guru kini menggunakan model menunjuk langsung siswa untuk berbicara atau mengajukan suatu pertanyaan. Bukan lagi dengan mempersilakan, "siapa yang bisa menjawab?" seperti yang selama ini diterapkan.
Namun seorang peneliti pendidikan dari Universita Melbourne Dr John Quay tidak begitu yakin dengan metode baru tersebut.
Dr Quay menjelaskan, praktek mengacungkan tangan di kalangan siswa memiliki landasannya sendiri.
"Mengacungkan tangan tetap penting bagi siswa untuk memberi pengakuan bahwa dia mencoba berkontribusi dalam diskusi," jelas Dr Quay.
Menurut dia, guru yang berpengalaman seharusnya bisa mengetahui siswa-siswanya yang agak tertinggal.
"Metode baru itu lebih cocok bagi guru-guru yang belum berpengalaman, sebab guru berpengalaman tidak akan membiarkan seorang siswa selalu mendominasi diskusi,' jelas dr Quay lagi.
Namun demikian, menurut Albiston metode baru juga tidak akan mencegah siswa pintar untuk berbicara atau bertanya saat pelajaran sedang berjalan.