Jumat 05 Jun 2015 14:12 WIB

Perusahaan Seluler Raksasa Prancis Putuskan Hubungan dengan Israel

Pemukiman Israel
Pemukiman Israel

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel terus menghadapi tekanan boikot dari masyarakat internasional sejak pekan lalu. Tekanan terburuk terjadi Kamis (4/6), saat perusahaan raksasa telekom Prancis, Orange berusaha memutuskan hubungan dengan Israel.

CEO perusahaan Orange, Stephen Richard mengumumkan di Kairo, Mesir kelompok usahanya bermaksud mengakhiri hubungan dengan operator Israelnya, Partner sehubungan dengan kegiatan permukiman Yahudi di Palestina, Tepi Barat Sungai Jordan.

Permukiman tersebut dipandang tidak sah berdasarkan hukum internasional.

"Saya ingin menghentikan ini. Tapi saya tak ingin membuat Orange menghadapi tingkat risiko tinggi dan hukuman yang dapat benar-benar dapat jadi cukup besar buat perusahaan," kata Richard.

Di dalam pernyataan yang dikeluarkan di Paris pada Kamis, perusahaan seluler yang sebagian dimiliki negara itu menyatakan tak ingin mempertahankan kehadiran di negara dimana Orange bukan penyedia telepon.

Orange berkeras keluarnya perusahaan itu dari pasar Israel semata-mata karena alasan bisnis, bukan politik.

Orange adalah penyedia seluler terbesar di Israel. Pegiat antipendudukan di Prancis telah mendesak pemerintah mereka mengakhiri hubungannya dengan Partner. Pemerintah Prancis memiliki 25 persen saham di perusahaan itu.

Israel menghadapi tekanan dan kecaman yang meningkat dari masyarakat internasional saat peringatan 48 tahun pendudukan Tepi Barat dan pencaplokan Yerusalem Timur dalam Perang Timur Tengah 1967.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement