REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Kampanye Nasional Arab Saudi untuk Mendukung Saudara di Suriah pada Kamis (11/6) mengumumkan akan melancarkan kegiatan besar guna membantu pengungsi Suriah di Jordania, demikian laporan kantor berita resmi Yordania, Petra. Kegiatan tersebut akan diluncrkan pada awal Ramadhan, yang diperkirakan pekan depan, kata Bader Samhan, direktur kegiatan regional, dalam satu pertemuan di Ibu Kota Yordania, Amman.
Penyelenggara kegiatan itu telah memulai semua persiapan untuk membagikan barang bantuan dan makanan buat pengungsi Suriah di Jordania pada Ramadhan, saat umat Muslim berpuasa dari fajar hingga senja selama bulan suci tersebut, demikian laporan Xinhua. Lebih 36 ribu keluarga Suriah akan memperoleh manfaat dari kegiatan itu, kata Samhan. Yordania, yang membuka perbatasannya buat pengungsi Suriah sejak awal 2011, setelah kerusuhan merebak di Suriah, saat ini menampung sebanyak 1,5 juta pengungsi Suriah.
Yordania telah berulangkali meminta segala layanan dan bantuan yang mungkin diberikan buat pengungsi Suriah, sebab negeri itu menghadapi kesulitan ekonomi. Konflik Suriah meletus pada Maret 2011 dengan protes anti-pemerintah. Setelah tindakan keras pemerintah di Damaskus, protes itu berubah menjadi perang saudara yang kini telah menewaskan lebih dari 230 ribu orang, kata kelompok pemantau yang berkantor di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Pada Kamis, gerilyawan Suriah merebut sebagian besar bandar udara militer yang dikuasai pemerintah di Provinsi Sweida, kemajuan pertama mereka di wilayah mayoritas suku Druze, kata seorang juru bicara. Sebagian besar penduduk wilayah itu adalah warga Druze, pengikut dari cabang rahasia aliran Syiah, yang merupakan sekitar tiga persen dari penduduk warga Suriah sebelum kemelut, yaitu 23 juta orang.
Sebagian besar warga Druze telah mengangkat senjata hanya untuk mempertahankan daerah mereka, dan tidak terlibat dengan pertempuran yang lebih luas. Observatorium Suriah juga melaporkan keberhasilan gerilyawan dalam menguasai bandar udara tersebut. "Mereka memiliki kendali atas sebagian bandar udara, yang digunakan oleh pemerintah untuk menempatkan pesawat yang membom Provinsi Daraa dan Damaskus," kata direktur Observatorium Rami Abdel Rahman.