REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Kantor berita Saba melaporkan, sehari setelah gagalnya perundingan Yaman, Arab Saudi dan koalisinya kembali melakukan serangan udara yang mentargetkan Bandara Internasional Sanaa dan sebuah pangkalan angkatan udara didekatnya. Pesawat-pesawat tempur itu juga menggempur target-target di Aden, Lahj, Jawf, dan Saada.
Sebanyak 15 orang tewas dan puluhan orang lainnya terluka. Korban tewas termasuk lima wanita dan dua anak dalam serangan di Provinsi Saada dan Marib.
Selain serangan udara, sebuah bom mobil meledak di depan masjid Qabat al-Mah di ibukota Yaman, Sana'a, pada hari yang sama. Sebanyak dua orang tewas dalam kejadian tersebut dan enam orang lainnya terluka.
Dalam sebuah akun Twitter, ISIS mengaku sebagai pelaku bom mobil tersebut. ISIS menyebut serangan itu memang ditujukan kepada Syiah yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam. Serangan tersebut merupakan serangan kedua yang diklaim ISIS di Yaman, setelah sebelumnya pada Rabu (17/6) serangkaian bom juga terjadi di Sanaa menewaskan empat orang dan melukai 60 lainnya.
Sebelumnya, pembicaraan damai Yaman pada Jumat (19/6) tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Pertemuan yang dilakukan sejak Senin (15/6) tersebut dimediasi langsung oleh PBB.
Pemimpin delegasi pemberontak Houthi, Hamza al-Huthi yang ikut menghadiri perundingan damai untuk Yaman di Jenewa mengaku kecewa dengan gagalnya perundingan.
"Kami datang ke Jenewa dan kami berharap bahwa negosiasi akan mendatangkan solusi. Kami mengatakan bahwa kami menyambut setiap gencatan senjata selama tahap berikutnya," kata Hamza al-Houthi, menekankan bahwa pelaksanaan gencatan senjata harus tanpa prasyarat apapun.
Sementara itu, Yehya Duwaid, wakil dari partai Kongres Rakyat Umum, mendesak PBB untuk mengambil peran etika berdasarkan hukum internasional. Menteri Luar Negeri Yaman yang diasingkan menyalahkan kurangnya kemajuan pada delegasi pemberontak.
"Kami benar-benar datang ke sini dengan harapan besar, tapi sayangnya delegasi Houthi tidak memungkinkan kita benar-benar mencapai kemajuan nyata seperti yang kita harapkan," ujar Yassin.
Arab Saudi bersama koalisi sembilan negara pada 26 Maret lalu, menggempur Yaman dengan alasan mengembalikan kekuasaan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi di Sanaa. Serangan udara tersebut menghancurkan sarana infrastruktur dan pelayanan rumah sakit, rumah sekolah dan pemukiman penduduk di Yaman. Ribuan rakyat Yaman termasuk ratusan perempuan dan anak-anak tewas atau terluka dalam agresi tersebut.