Senin 22 Jun 2015 17:11 WIB

Kesenjangan Pendapatan Makin Melebar di Australia

Red:
ACOSS mengatakan banyak profesional di industri seperti keuangan mengalami kenaikan gaji lebih tinggi dibandingkan yang bayarannya lebih rendah.
Foto: AAP
ACOSS mengatakan banyak profesional di industri seperti keuangan mengalami kenaikan gaji lebih tinggi dibandingkan yang bayarannya lebih rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah lembaga di Australia mengatakan kesenjangan antara mereka yang kaya dan miskin semakin melebar di negara yang selama hampir 25 tahun terakhir ini tidak pernah mengalami resesi sama sekali.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewan Pelayanan Sosial Australia (Australian Council of Social Service (ACOSS)) menemukan bahwa 20 persen warga terkaya di Australia memiliki penghasilan lima kali lebih banyak dari mereka yang berada dalam kategori 20 persen termiskin.

"Memang kita masih belum separah seperti misalnya yang terjadi di Amerika Serikat, dalam hal kesenjangan yang sangat lebar, namun kita jelasnya menuju ke arah yang salah," kata Dr Cassandra Goldie, Direktur Eksekutif ACOSS yang menerbitkan laporan tersebut baru-baru ini.

"Kita melihat adanya kecenderungan besar dalam soal senjangnya pendapatan antara mereka berada di lapisan paling atas dengan mereka yang berada di bawah," tambahnya.

Laporan ACOSS berjudul A Nation Divided (Bangsa Terbelah) mengatakan bahwa dibandingkan dengan negara-negara anggota OECD, kesenjangan di Australia lebih tinggi dari rerata.

Walau tingginya angka pertumbuhan lapaongan kerja dalam beberapa puluh tahun terakhir yang mengakibatkan naiknya upah hampir 50 persen, namun sebagian besar pendapatan itu masuk ke kantong mereka yang berada di 10 persen teratas.

Laporan mengatakan golongan terkaya ini pendapatannya naik 72 persen, sementara di lapisan 10 persen terbawah, hanya naik 16 persen.

"Yang kita lihat adalah kenaikan pendapatan yang signifikan di kalangan yang kaya, dan sementara yang paling bawah menjadi korbannya," papar Dr Goldie.

"Ini masalah sosial sekaligus ekonomi, karena menurut Dana Moneter Internasional (IMF) yang mengeluarkan laporann minggu lalu mengatakan  bahwa bila Australia serius dengan pertumbuhan ekonomi, maka konsentrasi kekayaan dan pendapatan di kalangan orang kaya adalah hal yang buruk bagi ekonomi," jelasnya.

"Kenaikan gaji bagi mereka yang berada di lapis paling bawah kebanyakan karena mereka bekerja lebih lama, sementara di lapisan atas kenaikannya langsung, misalnya lewat bonus besar hal yang umum kita lihat di bisnis IT atau sektor keuangan," kata Dr Goldie lagi.

Mereka yang besar kemungkinan berada di lapisan paling bawah adalah mereka yang berusia di atas 65 tahun, tidak bisa berbahasa Inggris, dan tergantung pada tunjangan dari pemerintah.

Mereka yang tinggal di luar ibukota negara bagian, dan tinggal di Tasmania dan Australia Selatan juga kemungkinan akan berada di lapisan terbawah.

Dr Goldie mengatakan pemerintah harus menjadikan masalah kesenjangan ini sebagai prioritas utama sekarang ini.

"Prioritas pertama adalah memastikan bahwa warga membayar pajak sesuai dengan azas keadilan," katanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement