Rabu 24 Jun 2015 09:34 WIB

Hillary Clinton Sebut Penembakan Charleston Aksi Terorisme Rasial

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: M Akbar
Secretary of State Hillary Rodham Clinton meets with Indonesia's Foreign Minister Marty Natalegawa (not pictured) at the State Department in Washington, Thursday, Sept. 20, 2012.
Foto: AP/Jacquelyn Martin
Secretary of State Hillary Rodham Clinton meets with Indonesia's Foreign Minister Marty Natalegawa (not pictured) at the State Department in Washington, Thursday, Sept. 20, 2012.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kandidat Presiden Amerika Serikat, Hillary Rodham Clinton, mengatakan aksi penembakan di gereja Charleston adalah aksi terorisme rasial. Ia mendukung untuk dilakukan penghapusan bendera konfederasi.

"Bendera itu seharusnya tidak terlihat dimana pun, tidak berkibar dimana pun," kata dia, dikutip Telegraph, Selasa (23/6).

Komentarnya memberatkan opini penghapusan yang diupayakan politisi dan parlemen Carolina Selatan, tempat terjadinya penembakan.

Menurut Clinton, bendera konfederasi adalah simbol rasial masa lalu AS dan seharusnya tidak memiliki tempat di masa depan. Clinton bergabung dengan anggota gereja di Saint Louis di dekat Ferguson, tempat insiden penembakan warga kulit hitam Michael Brown oleh polisi kulit putih.

Clinton mengapresiasi langkah Gubernur Carolina Selatan, Nikki Haley dan politisi yang berupaya menurunkan bendera. Ia juga memuji langkah retail terbesar di dunia Wal Mart Store Inc karena membuang semua produk di toko yang memiliki simbol konfederasi.

Ia mengimbau perusahaan lain, seperti Amazon, eBay dan Sears untuk melakukan hal serupa. "Amerika masih harus berjuang lebih lama untuk menghadapi isu ras," ujar Clinton. Ia mengaku ingin mengadakan acara di gereja dan mendiskusikan hal ini.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement