Rabu 24 Jun 2015 16:44 WIB

Pasukan Penjaga Perdamaian PBB Diduga Lakukan Pelecehan Seks Anak

Sejumlah pria membawa kotak berjalan melintas di depan personel Pasukan PBB Sudan (UNAMIS) yang menjaga pengungsi akibat pertempuran terkini. AS menempatkan 150 Marinir ke Afrika untuk memudahkan proses evakuasi bila dibutuhkan sewaktu-waktu.
Foto: REUTERS
Sejumlah pria membawa kotak berjalan melintas di depan personel Pasukan PBB Sudan (UNAMIS) yang menjaga pengungsi akibat pertempuran terkini. AS menempatkan 150 Marinir ke Afrika untuk memudahkan proses evakuasi bila dibutuhkan sewaktu-waktu.

REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Satu lagi kontingen pemelihara perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertugas di Republik Afrika Tengah disangka melakukan pelecehan seks terhadap anak-anak jalanan di Bangui, kata seorang juru bicara PBB pada Selasa (24/6).

Ini kasus ketiga terkait dugaan pelecehan seks terhadap anak-anak yang melibatkan pasukan pemelihara perdamaian di negara itu yang muncul ke permukaan dalam beberapa bulan terakhir. Misi PBB di Bangui telah memberitahu negara pengirim pasukan atas tuduhan-tuduhan baru dan telah melakukan penyelidikan, kata Stephane Dujarric.

Negara pengirim tidak disebutkan tetapi seorang pejabat PBB mengatakan para pelaku dari suatu kontingen Afrika. "Jika tuduhan-tuduhan terbukti, hal ini akan merupakan pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip PBB dan tata perilaku pemelihara perdamaian," kata dia.

Ditambahkan, negara anggota itu akan diminta mengambil tindakan cepat dan memberikan hukuman setimpal terhadap para pelaku. Terkait kasus-kasus sebelumnya, pasukan MINUSCA PBB telah meminta Maroko membuka penyelidikan formal menyusul tuduhan-tuduhan bahwa salah seorang tentaranya memperkosa seorang gadis yang berusia di bahwa 16 tahun.

Satu laporan PBB yang dikeluarkan para penyelidik hak-hak asasi manusia tahun lalu membuat rincian pengakuan dari anak-anak di Republik Afrika Tengah yang mengatakan tentara Prancis, Chad dan Guinea Ekuatorial melakukan pelecehan seks terhadap mereka.

Dugaan aksi itu terjadi sejak Desember 2013 hingga Juni 2014, beberapa bulan sebelum PBB mengambil alih dari misi Uni Afrika dengan pasukan MINUSCA. Prancis mengumumkan tahun lalu bahwa 14 serdadunya menghadapi kemungkinan dakwaan-dakwaan dalam kasus tersebut yang muncul ketika surat kabar the Guardian melaporkannya pada April.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement