Senin 13 Jul 2015 23:32 WIB

Irak Mulai Operasi Rebut Anbar dari ISIS

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ilham
Sukarelawan yang bergabung dengan pasukan Irak dalam memerangi ISIL. (ilustrasi)
Foto: Reuters/Ahmed Saad
Sukarelawan yang bergabung dengan pasukan Irak dalam memerangi ISIL. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Operasi pembersihan provinsi Irak, Anbar dari Nega Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah dimulai. Juru bicara militer Irak mengatakan, sebuah operasi militer sedang dilakukan untuk mengusir ISIS dari provinsi bagian barat tersebut, Senin (13/7).

Pengumuman tersebut disiarkan langsung di televisi nasional. Juru bicara Komando Operasi Gabungan, Brigadir Jenderal Yahya Rasool mengatakan, operasi telah dimulai sejak Senin subuh.

Ia menyebut operasi dilaksanakan oleh pasukan pemerintah, sekutu Syiah, dan pasukan paramiliter Sunni. Ia tidak menyebutkan keikutsertaan koalisi internasional yang dipimpin AS. Ia juga tidak memberi informasi lebih lanjut selain itu.

Ini bukan kali pertama pemerintah Irak mengumumkan operasi ambil alih Anbar. Mei lalu, otoritas mengumumkan pengambilalihan ibukota Anbar, Ramadi. Namun sejak saat itu, tidak ada perkembangan terbaru.

ISIS yang juga dikenal sebagai Daesh mengambil alih sebagian besar area Anbar, termasuk Ramadi sejak awal 2014. Pasukan Irak telah berupaya dengan serangan udara.

Kemenangan terbaru adalah pengambilalihan kampung halaman Saddam Hussein, Tikrit pada bulan lalu. Dalam pernyataan singkat, Perdana Menteri Irak, Haider al Abadi bersumpah untuk membalas kejahatan Daesh di medan perang.

"Kejahatan pengecut mereka menyerang masyarakat sipil yang tidak bersenjata hanya akan meningkatkan tekad kami untuk mengejar dan mengeluarkan mereka dari negeri Irak," kata Abadi, dikutip Washington Post.

 

Selama beberapa pekan terakhir, pasukan terus memotong rute pasokan militan ISIS, mengepung dan mengisolasi Ramadi juga Fajullah. Pada Senin siang, televisi pemerintah melaporkan bahwa pasukan pemerintah berhasil mengambil alih kembali beberapa desa, termasuk sekitar Fajullah.

sumber : AP/Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement