REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengatakan, keputusan Indonesia untuk mengurangi impor ternak sapi hidup secara dramatis didasarkan pada faktor-faktor ekonomi dan tak ada kaitannnya dengan hubungan negara itu dengan Australia.
Produsen ternak sapi di Australia telah diberitahu bahwa Indonesia hanya akan memungkinkan impor 50 ribu ekor sapi dari negeri kanguru itu antara bulan Juli-September. Jumlah ini mengaami penurunan pada kuartal sebelumnya yang mencapai 250 ribu ekor.
Indonesia tak memberikan alasan resmi untuk pengurangan ini tapi Dubes Indonesia di Canberra mengeluarkan pernyataan yang menyebut bahwa keputusan itu ‘tak berkaitan dengan kondisi politik ataupun situasi hubungan Australia-Indonesia’.
"Keputusan izin impor ternak hidup triwulanan dibuat atas dasar pertimbangan ekonomi, dengan tujuan menjaga pasokan daging yang tepat bagi konsumen Indonesia," katanya baru-baru ini.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan, hal ini adalah masalah perdagangan dan menolak klaim pihak oposisi yang menyalahkan hubungan dingin Pemerintah Australia dengan Indonesia.
"Saya yakin dengan pernyataan pihak berwenang Indonesia bahwa ini adalah masalah perdagangan, ini adalah negosiasi dan kami terus melakukan itu," katanya.
Menlu Bishop menambahkan, "Ini tidak terkait dengan keseluruhan hubungan Australia-Indonesia yang sangat kuat dan sangat baik."
Sementara itu, Menteri Pertanian Australia, Barnaby Joyce, mengatakan, ia kecewa dengan keputusan Indonesia dan kini tengah mencari pasar baru bagi ternak sapi hidup Australia yang menghadapi kelebihan pasokan.
"Ini tanggung jawab saya untuk mencoba menemukan tempat alternatif bagi sapi-sapi itu," ujarnya.
Menteri Barnaby mengatakan, ia berharap untuk bertemu rekan-rekan Indonesia-nya sesegera mungkin untuk mengatasi masalah tersebut dan mengatakan, Australia harus bergerak menuju sistem kuota tahunan untuk mengurangi ketidakpastian.